Source : Kompas, Rabu, 28 April 2010
YANG HOT KLIK DI SINI
Rabu, 28 April 2010
Menjemur Gabah di Bekas Jalan Tol
Para ahli biologi memperkirakan dunia tengah menghadapi ancaman kepunahan keanekaragaman hayati secara massal
Kepunahan Massal Semakin Dekat
YOGYAKARTA - Para ahli biologi memperkirakan dunia tengah menghadapi ancaman kepunahan keanekaragaman hayati secara massal. Dugaan ini muncul dari krisis keanekaragaman hayati yang semakin parah. Diperkirakan, saat ini sebanyak 50-150 spesies bumi punah setiap harinya.
Perkiraan ini berdasarkan atas proyeksi laju kepunahan yang terjadi saat ini. Proyeksi tersebut menyebutkan, sekitar 50 persen dari sekitar 10 juta spesies yang ada saat ini diprediksi akan punah dalam kurun waktu 100 tahun ke depan. ”Laju kepunahan beragam spesies saat ini mencapai 40-400 kali lipat dari laju kepunahan 500 tahun yang lalu,” kata Ign Pramana Yuda, peneliti Teknobiologi dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta, dalam pidato ilmiah Dies Natalis Ke-44 universitas tersebut di Yogyakarta, Jumat (2/10).
Laju kepunahan burung dan binatang menyusui antara tahun 1600 dan 1975, misalnya, telah diperkirakan mencapai 5-50 kali lipat dari laju kepunahan sebelumnya. Tidak hanya spesies, kepunahan juga mengancam gen dan ekosistem tempat spesies tersebut tinggal.
Menurut Pramana, Indonesia adalah salah satu kawasan yang memiliki ancaman kepunahan terbesar. Ekosistem hutan tropis berkurang 10 juta-20 juta hektar setiap tahunnya. Sebanyak 70 persen terumbu karang di Indonesia juga mengalami kerusakan sedang hingga berat. Kerusakan juga terjadi di sejumlah ekosistem khas di Indonesia lainnya, seperti hutan bakau, sungai, danau, dan kawasan pertanian.
Pramana mengatakan bahwa kepunahan massal kali ini terjadi dalam skala yang jauh lebih luas dan lebih cepat lajunya dibandingkan dengan lima kepunahan massal yang pernah terjadi di Bumi sebelumnya. Kepunahan massal terbaru terjadi sekitar 65 juta tahun lalu.
Luasnya skala kepunahan massal kali ini bisa dilihat dari banyaknya spesies yang punah dan makin pendeknya usia kelestarian satu spesies. Saat ini usia spesies kurang dari 35.000 tahun, padahal jutaan tahun yang lalu satu spesies bisa berusia 10 juta tahun.
Solidaritas lintas spesies
Besarnya skala kepunahan ini perlu diredam karena bisa berakibat berdampak buruk pada kelangsungan kehidupan di Bumi. Salah satu upaya peredaman itu adalah dengan menumbuhkan solidaritas lintas spesies yang saat ini masih sangat minim. Selama ini pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih berorientasi pada kesejahteraan umat manusia.
Menurut Pramana, sektor pendidikan berperan sangat penting dalam hal ini. Komunitas akademis perlu mulai mengembangkan program dan kurikulum pendidikan serta pelestarian yang mengacu pada konservasi keanekaragaman hayati.
Peneliti Keanekaragaman Hayati dari Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Djoko Raharjo, berpendapat, kepunahan yang terjadi saat ini tidak bisa disebut alami karena dipicu oleh berbagai sebab buatan, antara lain polusi, eksploitasi berlebihan pada sumber daya alam, dan industrialisasi.
”Meskipun sudah sangat parah, sebenarnya masih banyak yang bisa kita lakukan untuk meredamnya pada laju yang alami,” ujarnya.
Berbagai penemuan di bidang konservasi memberikan harapan baru di bidang pelestarian alam. Masyarakat juga bisa berkontribusi dengan menekan penggunaan energi dari bahan tambang serta mengurangi konsumsi yang bisa menyebabkan polusi serta eksploitasi alam berlebihan. (IRE)***
Source : Kompas, Senin, 5 Oktober 2009 | 04:08 WIB
PENYU HIJAU TERSESAT DI REMBANG
Sabtu, 24 April 2010
Abu letusan Tambora, selain mematikan, mengubah cuaca dunia, bahkan mengubah sejarah
Abu letusan Tambora, selain mematikan, mengubah cuaca dunia, bahkan mengubah sejarah.
VIVA News, Sabtu, 24 April 2010, 09:38 WIB
Elin Yunita Kristanti
BERITA TERKAIT
- Industri Penerbangan Rugi $1,7 Miliar
- Debu Vulkanik Merebak, Ikan Salmon Tak Datang
- Petir Misteri dari Kawah Gunung Islandia
- Batal Terbang ke Eropa, Wisatawan Kebingungan
- Penerbangan Eropa Mulai Normal
VIVAnews - Letusan Gunung Eyjafjallajokull di Islandia menyemburkan abu vulkanik yang memusingkan, karena mengacaukan lalu lintas udara Eropa.
Ribuan penumpang tertahan di bandara, perekonomian terganggu, barang-barang komoditas pertanian membusuk karena tak bisa dikirim.
Namun, menurut laman Wall Street Journal, Sabtu 24 April 2010 dampak letusan Gunung Eyjafjallajökull tak sebanding dengan letusan Gunung Tambora di Sumbawa Indonesia.
Pada 5 April 1815 sore, gunung berapi Tambora mulai bergemuruh dan 'batuk -batuk'. Kondisi ini terjadi dalam beberapa hari.
Beberapa hari kemudian, pada 11 dan 12 April letusan Gunung Tambora mencapai klimaksnya. Gunung besar itu meletus, getarannya mengguncangkan bumi hingga jarak ratusan mil.
Selama lebih dari 10 hari kemudian, Tambora mengeluarkan 24 kubik mil (1 mil = 1,6 kilometer) lava dan bebatuan gunung. Saking dahsyatnya, di puncak Tambora tercipta kawah selebar tiga mil dan dalamnya hampir 1 mil.
Lelehan lava panas, batu yang berterbangan, dan gas mematikan yang keluar dari perut Tambora saat itu menewaskan puluhan ribuan orang.
Jutaan ton abu dan debu memenuhi udara, mengubah siang hari menjadi gelap gulita. Debu tebal menyelimuti wilayah kaki gunung dan bahkan Bali.
Debu menutup semua vegetasi di Pulau Bali dan menyelimuti lautan. Sekitar 117.000 orang di wilayah yang dulu dikenal sebagai Hindia Belanda tewas. Banyak dari mereka terkena imbas letusan, jadi korban kelaparan dan penyakit.
Itu baru permulaan
Letusan gunung di Islandia sama sekali bukan bandingan untuk Tambora. Badan Geologi Amerika Serikat atau US Geological Survey bahkan menobatkan letusan Tambora sebagai "yang terkuat sepanjang sejarah".
Letusan Tambora bahkan lebih dahsyat dari Krakatau. Menurut data Volcanic Explosivity Index (VEI), indeks letusan gunung yang mirip skala Richter untuk mengukur kekuatan gempa.
Perhitungan VEI ada pada skala 1 hingga 8, setiap satu angka adalah 10 lebih besar dari sebelumnya. Tambora ada di level tujuh, Krakatau enam. Ini berarti Tambora lebih kuat 10 kali lebih besar dari letusan Krakatau.
Bagaimana letusan gunung Islandia? Leel VEI-nya hanya dua atau tiga. Ataiu 10.000 kali lebih lemah dari Tambora.
Letusan Eyjafjallajökull 'saja' bisa mempengaruhi atmoser dan membuat dunia penerbangan kalang kabut.
Tak terbayang jika Tambora meletus di era ini. Seperti meriam raksasa, tambora menyemburkan abu, debu, dan setidaknya 400 juta ton gas sulfur ke udara, hingga 27 mil tegak lurus ke strastofer, jauh di atas awan cuaca.
Ini mengakibatkan ledakan di lapisan troposfer -- lapisan terdekat dari permukaan Bumi, di mana awan, angin, dan hujan, serta 75 persen dari berat atmosfer berada.
Semburan Tambora juga menyobek lapisan tipis ozon yang melindungi Bumi dari radiasi sinar matahari.
Karena daya tarik grafitasi yang ringan di angkasa, abu dan debu Tambora melayang dan menyebar mengelilingi dunia. Debu Tambora menetap di lapisan troposfer selama beberapa tahun dan turun melalui angin dan hujan kembali ke Bumi.
Letusan Tambora berakibat luar biasa. Gagal panen di China, Eropa, dan Irlandia. Hujan tanpa henti dselama delapan minggu memicu epidemi tifus yang menewaskan 65.000 orang di Inggris dan Eropa. Kelaparan melumpuhkan di Inggris.
Kegelapan menyelimuti Bumi, menginspirasi novel-novel misteri legendaris misalnya, 'Darkness' atau 'Kegelapan' karya Lord Byron, 'The Vampir' atau 'Vampir' karya Dr John Palidori dan novel 'Frankenstein' karya Mary Shelley.
Tambora juga jadi salah satu pemicu kerusuhan di Perancis yang warganya kekuarangan makanan. Juga mengubah sejarah saat Napoleon kalah akibat musim dingin berkepanjangan dan kelaparan pada 1815 di Waterloo. (jno)***
Komentar :
abu thalib
24/04/2010
That's Indonesia..everything are sensational...yo gununge, yo budayane, yo korupsine..pokoke siplah Indonesia..Aku Cinta Indonesia
OrangKampoeng
24/04/2010
Kabarnya 'kiamat' akan terjadi 2012, artinya setelah 197 tahun --1815 s/d 2012-- bisa jadi Gunung Tambora meletus lagi dan membuat dunia geger dgn kiamatnya. Subhanallah..
Kamis, 22 April 2010
SURVEI PESISIR : Katamaran Leluasa Meneliti
Katamaran Leluasa Meneliti
Oleh YUNI IKAWATI
Belasan ribu pulau dan pesisirnya yang terpanjang di dunia merupakan kekhasan Indonesia. Dorongan untuk ”menghitung” kekayaan alam itu mulai menguat dibayangi ancaman berkurangnya kawasan pantai dan terbenamnya ribuan pulau kecil karena kenaikan muka laut. Selama ini potensi itu sedikit diteliti karena minimnya kapal survei.
Upaya itu mulai dilakukan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional dengan menggunakan kapal katamaran.
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) sejak tahun 1993 telah merencanakan pembuatan peta dasar Lingkungan Pantai Indonesia berskala 1:50.000 sebanyak 1.200 nomor lembar peta (NLP). Tiap NLP berisi peta areal seluas 20 x 20 mil persegi.
Peta dasar Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) meliputi sepertiga wilayah darat dan dua per tiga wilayah laut serta garis pantai sepanjang 104.000 kilometer. Lembaran peta sebanyak itu mencakup wilayah perairan hingga sejauh 12 mil laut dari garis pangkal kepulauan Indonesia, sesuai dengan ketetapan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia.
”Sampai saat ini baru terselesaikan sekitar 318 NLP atau 26,5 persen,” kata Agus Santoso, Kepala Pusat Pemetaan Dasar Kelautan dan Kedirgantaraan Bakosurtanal. Kelambanan ini karena tidak tersedianya prasarana kapal yang memadai untuk survei hidrografi guna pemetaan data batimetri (dasar laut) yang diperlukan. ”Selama ini Bakosurtanal harus menyewa kapal-kapal kecil yang sulit bermanuver,” ujar Agus. Kapal riset yang berperalatan lengkap juga tak mampu menjelajah hingga ke dekat pantai.
Kapal katamaran ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain dapat menjelajah wilayah pesisir yang relatif dangkal hingga kedalaman 300 meter karena drafnya hanya sekitar satu meter,” kata Agus.
Pengerjaan dari survei pendahuluan sampai dengan penyajian peta butuh waktu hingga sekitar 5 bulan atau 150 hari kalender. ”Di beberapa lokasi sering melebihi batas waktu tersebut, antara lain, karena kerusakan kapal dan cuaca buruk,” ujarnya.
Selama ini, survei lamban dilaksanakan karena tidak tersedianya prasarana kapal yang memadai.
Katamaran
Masalah itu dapat diatasi dengan menggunakan kapal survei katamaran ini yang kini dimiliki dan dioperasikan Bakosurtanal, mulai tahun ini. Kapal Katamaran yang berlambung atau berlimas ganda itu adalah rancangan ahli dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
”Swakelola kapal ini memungkinkan cakupan wilayah yang lebih luas sehingga menghasilkan NLP lebih banyak dan data batimetri lebih baik resolusi serta kualitasnya,” kata Kepala Bakosurtanal Rudolf W Matindas. Hal ini jadi mungkin karena faktor kelengkapan sarana pemrosesan data dapat dilakukan langsung di atas kapal.
Kapal survei Bakosurtanal yang dinamai Tanjung Perak ini terbuat dari bahan Fibre Reinforced Plastic (FRP), dengan spesifikasi umum, antara lain panjang 22,4 meter, lebar 7,7 meter, dengan kecepatan jelajah 12 knot, dan jarak jelajah 20 mil laut. Kapal berbobot mati 70 ton ini dapat menampung 20 orang.
Meskipun tergolong berkapasitas kecil, kapal ini memuat peralatan yang lumayan lengkap untuk keperluan survei dan navigasi. Beberapa fasilitas dan peralatan itu hasil kerja sama Bakosurtanal dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Peralatan kapal survei khususnya untuk navigasi laut meliputi, antara lain radar, GPS (Global Positioning System), sonar, peta elektronik, sensor angin, radio komunikasi, dan ploter peta. Di samping itu juga dilengkapi dua perahu kecil yang dapat digunakan untuk kepentingan search and rescue (SAR) sekaligus untuk survei di wilayah perairan dangkal.
Pada tahun ini, kata Agus, akan ada penambahan alat-alat survei hidrografi ataupun oseanografi, seperti echosounder multibeam untuk laut dalam, motion sensor, perangkat lunak navigasi, dan GPS digital berbasis koreksi dari satelit. Direncanakan ada pengadaan peralatan, seperti subbottom profiler, magnetometer, dan giro kompas.
Dengan sarana yang ada, kapal katamaran ini juga dapat melaksanakan survei geoteknik meliputi pengambilan sampel dasar laut menggunakan grab sampler, ataupun drop coring.
Uji coba kapal Tanjungperak ini, lanjut Matindas, dilakukan di Karang Lamtari, di Perairan Laut Utara Marina, Ancol, Jakarta Utara, dan hasilnya baik.
Program percepatan
”Dengan adanya fasilitas kapal survei hidrografi ini, program percepatan pengadaan data spasial kelautan, khususnya di wilayah pantai, bisa dipercepat penyelesaiannya,” ujar Matindas.
Bakosurtanal telah menyusun Rancangan Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014 yang intinya, selain program pemanfaatan kapal survei untuk perolehan data batimetri, juga program pembiayaan operasional dan pemeliharaannya.
Ketua Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika ITB Eka Djunarsjah menambahkan, untuk mendukung survei kelautan di Indonesia pihaknya bekerja sama dengan Bakosurtanal dalam pembuatan spesifikasi teknik survei hidrografi. Pihak ITB juga akan mendukung Bakosurtanal melaksanakan percepatan pembuatan peta lingkungan pantai Indonesia. ”Saat ini kurang dari 20 persen lingkungan wilayah pantai di Indonesia yang terpetakan,” kata Eka.
Peta itu diperlukan pemerintah daerah karena memiliki nilai strategis untuk pengembangan pemanfaatan wilayah serta sumber daya pesisir dan laut.
Menurut Matindas, beberapa tugas yang belum diselesaikan Bakosurtanal adalah pembuatan peta dasar kelautan seluruh Indonesia, terutama peta batimetri laut dalam. ”Ini perlu penanganan jangka panjang mengingat Indonesia memiliki panjang garis pantai lebih dari 100.000 kilometer dan luas laut 6,279 juta kilometer persegi,” ujarnya. ***
Source : Kompas, Kamis, 22 April 2010 | 03:54 WIB
Rabu, 21 April 2010
Brigitta Isworo L : Bisa Tidur Ribuan Tahun
GUNUNG API
Bisa Tidur Ribuan Tahun
Oleh Brigitta Isworo L
Gunung api dan gempa hingga kini masih menyimpan misteri. Fenomena gunung api terasa di luar jangkauan tangan manusia. Kekuatan dan daya rusaknya ada dalam skala ”superhuman”. Letusan sebuah gunung di Eslandia di gletser Eyjafjallajökull menggugah kembali mitos dan legenda soal gunung.
Kekuatan yang dikeluarkan gunung di Eyjafjallajökull adalah ”simpanan” energi yang dihimpun selama lebih dari 1.100 tahun. Tak heran jika ”simpanan”-nya berupa abu vulkanik sedemikian besar volumenya, mengakibatkan kegelapan di langit Eropa utara dan lebih dari 16.000 penerbangan dibatalkan. Tercatat hanya dua kali gunung itu meletus, terakhir terjadi antara tahun 1821 dan 1823.
Bentuk gunung berapi ini menurut vulkanologis Benjamin Edwards memang bisa menipu. Bentuknya yang landai membuat orang berpikir tak akan terjadi letusan yang eksplosif.
Menurut Edwards, gunung api yang letusannya bersifat eksplosif biasanya kandungan magmanya kaya akan oksigen dan silikat. Dan, bentuk gunungnya kerucut seperti gunung Fujiyama di Jepang atau Gunung St Helen—sebelum letusan hebat pada tahun 1980 yang menyebabkan pucuknya terpotong.
Jenis lain yaitu gunung-gunung di Hawaii, seperti Mauna Loa, yang saat meletus mengeluarkan magma yang kental dan sedikit kandungan gasnya, meleleh dari celah-celah di sepanjang tubuhnya atau dari kepundannya.
Namun, pada gunung api tipe stratovolcano seperti di Eslandia ini terdapat magma bentukan baru yang kemudian bercampur magma lama. Kondisi ini mampu memperkaya magma dengan oksigen dan silikat. Faktor X lainnya adalah lapisan es tebal. Air dari es yang mencair yang kontak dengan magma, menurut Edwards, dapat memicu letusan yang eksplosif.
Teori lain dikemukakan Edward Venzke dari Global Volcanism Network di Washington, AS. Jaringan ini juga melibatkan US Geological Survey (USGS) dan Museum of Natural History Smithsonian Institution.
Pada erupsi (letusan) pertama Maret lalu, magma memancur keluar dari retakan-retakan—mengindikasikan ada kandungan gas. Ketika erupsi berhenti, magma menyumbat retakan sehingga tekanan di bawah puncak yang dilapisi es meningkat. Naiknya suhu magma mencairkan es. Air yang terbentuk inilah yang memicu letusan eksplosif.
Waspada Katla
Ketika Eyjafjallajökull meletus, pantas diwaspadai akankah ini memengaruhi aktivitas gunung api tetangganya, Katla, yang berjarak hanya sekitar 25 kilometer dari Eyjafjallajökull.
Dari laporan yang dimuat dalam jurnal Developments in Quaternary Science oleh tim ilmuwan pimpinan peneliti Erik Stukell dari University of Gothenburg, Swedia, kedua gunung tersebut pernah meletus bersama pada tahun 1612, 1821, dan tahun 1823. Dari laporan tersebut terbaca bahwa Katla memuntahkan material lebih banyak dibandingkan dengan Eyjafjallajökull.
Seperti laporan yang dimuat Christian Science Monitor, ditemukan sejumlah bukti bahwa magma di kedua gunung itu bersama-sama meningkat aktivitasnya pada kurun waktu 1999-2004. Katla telah beberapa kali meletus dan puncaknya bertumbuh. Tim pimpinan Stukell kini mewaspadai Katla.
Dari ”hotspots”
Bencana letusan Eyjafjallajökull menyebabkan kerugian hingga Rp 2,18 triliun per hari gara-gara penerbangan terganggu. Banjir setinggi 3 meter menyebabkan sekitar 1.000 orang diungsikan. Letusan masif gunung berapi sering kali katastropik.
Gunung api di Eslandia dan di Hawaii muncul dari hotspot, (titik panas), di mana magma yang bersuhu tinggi keluar dari rekahan di daerah punggungan samudra dari Sea Floor Spreading, di mana lempeng bumi bergerak saling menjauh.
Sementara itu, terbentuknya gunung api di Indonesia adalah dari area zona subduksi, di mana dua lempeng bumi bertemu sehingga saling gesek dan menimbulkan panas tinggi yang memproduksi magma. Magma ini keluar ke permukaan sebagai gunung api. Meski proses terbentuknya berbeda, sifat katastropik letusan beberapa jenis gunung api adalah sama.
Toba terbesar
Indonesia masih menduduki puncak bencana masif letusan gunung api dengan letusan Gunung Toba—ditengarai ada di lokasi Danau Toba sekarang.
Dari skala intensitas letusan yang disebut volcanic explosivity index (VEI), letusan Gunung Toba dituliskan mencapai 8 atau bahkan lebih. Kapan terjadinya? ”74.000 before the present” adalah jawabannya—yaitu sekitar 74.000 tahun lalu (Volcanoes in Human History, de Boer/Sanders, 2002).
Setelah Toba, letusan terbesar sepanjang sejarah bumi adalah letusan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa pada bulan April tahun 1815. Korban tewas mencapai 70.000. Mereka tewas seketika dan banyak lainnya menyusul beberapa waktu kemudian akibat kelaparan dan penyakit.
Abu vulkanik menutup hutan, ladang, dan sawah. Ketinggian abu vulkanik mencapai lapisan stratosfir—tempat proses iklim terjadi—dan mengubah pola iklim. Daerah basah menjadi kering, daerah kering menjadi basah. Radiasi matahari terhalang. Pada tahun 1816 di Amerika Serikat dikenal sebagai ”The Year without a Summer” (Volcanoes in Human History, 2002).
Menggambarkan katastropi ini, penyair Lord Byron menuliskan puisi ”Darkness” yang isinya berbunyi:
Terang matahari lenyap, juga bintang; Meninggalkan kegelapan di ruang angkasa tak bertepi; Tak ada sinar, tak ada jejak, bumi bagai bongkah es; Semua menjadi buta dan menghitam di udara tanpa bulan; Pagi datang dan pergi dan datang lagi dan tak ada hari; Dan manusia lupa akan kepeduliannya di tengah rasa takut; tercekam akan kepedihan ini....
Source : Kompas, Rabu, 21 April 2010 | 03:16 WIB
Ada 3 Komentar Untuk Artikel Ini. Posting komentar Anda
Eddy @ Rabu, 21 April 2010 | 12:31 WIB
bagaimana mengubah energi letusan yang sangat dashyat itu menjadi energi listrik ? kalau bisa, pasti semua tempat akan terang terus
tatang @ Rabu, 21 April 2010 | 08:43 WIB
hidup gunung berapi !!!!! itulah dinamika alam, emosinya biar terlampiaskan juga,emang yang bisa emosi manusia doank......
yance mandang @ Rabu, 21 April 2010 | 04:56 WIB
simpan
Sabtu, 10 April 2010
Reklamasi Pantai Kota Ternate
Reklamasi Pantai Kota Ternate
Kompas, Sabtu.10 April 2010
KOMPAS/A PONCO ANGGORO
Areal pantai Kota Ternate, Maluku Utara, dalam proses reklamasi, Kamis (8/4). Areal pantai yang akan direklamasi sekitar 18,61 hektar dan akan dipergunakan untuk berbagai keperluan, termasuk jalan raya. Dampak lingkungan dari reklamasi ini pasti akan terjadi pada beberapa waktu mendatang.
La Nina Datang Terlampau Cepat
METEOROLOGI
La Nina Datang Terlampau Cepat
JAKARTA - Fenomena El Nino 2009-2010 baru saja menghilang sekitar Februari 2010 dan diperkirakan mulai awal Mei 2010 dapat diketahui berubah menuju La Nina. Perubahan sangat cepat ini tergolong ekstrem karena lazimnya terjadi pada periode 2-6 tahun.
”Perubahan yang sangat cepat itu sebagai dampak pemanasan global,” kata Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Edvin Aldrian, Jumat (9/4) di Jakarta.
Menurut Edvin, saat ini nilai indeks Nino 3 untuk memantau perubahan fenomena El Nino dan La Nina menunjukkan angka 0,5. Diperkirakan, angkanya terus menurun hingga pada awal Mei nanti bisa menembus minus satu, yang berarti timbul fenomena La Nina di wilayah Pasifik.
Dampak La Nina bagi wilayah Indonesia umumnya mendatangkan intensitas hujan lebih tinggi dibandingkan pola normal. Diperkirakan, La Nina bisa terjadi sampai November atau Desember 2010.
Manajer Laboratorium Teknologi Sistem Kebumian dan Mitigasi Bencana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Fadli Syamsudin mengatakan, La Nina hingga masuk musim hujan akan berdampak pada meningkatnya curah hujan. Potensi banjir pun menjadi meningkat.
”Upaya mitigasi banjir semestinya ditingkatkan. Seperti di wilayah Jawa Barat, lokasi yang sudah terkena banjir pun kembali rentan terkena bencana tersebut,” kata Fadli.
Banjir di Jawa Barat yang datang bertubi-tubi pada tahun 2010 ini, menurut Fadli, dipengaruhi kondisi ekstrem. Berdasarkan analisisnya, banjir di Jawa Barat dipengaruhi hujan lokal yang deras di wilayah pegunungan dan kondisinya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Fadli menyampaikan, analisis terhadap penyebab intensitas hujan deras itu dipengaruhi gangguan gelombang atmosfer periode 5-6 hari. Suhu di wilayah pegunungan Bogor dan Bandung begitu cepat berubah.
”Suhunya lebih cepat meningkat dari biasanya sehingga akumulasi penguapan lebih cepat dan mengakibatkan pembentukan awan yang mendatangkan hujan deras,” kata Fadli.
Gangguan gelombang atmosfer ini belum diketahui penyebabnya. Menurut Fadli, periode musim hujan 2009-2010 juga tidak menimbulkan banjir besar di wilayah Jakarta meski lokasinya berdekatan dengan wilayah Bogor yang turut terpengaruh dengan adanya gangguan gelombang atmosfer tersebut.
”Banjir di wilayah Jakarta umumnya dipengaruhi terjangan angin dingin dari wilayah Asia utara atau Siberia sehingga pertemuan dengan udara panas menimbulkan pembentukan awan yang mendatangkan hujan deras di Jakarta,” kata Fadli.
Menurut Edvin, periode musim hujan 2010-2011 puncaknya diperkirakan akan sama dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu Februari sampai Maret 2011. Fenomena La Nina ini diperkirakan paling berdampak, Juli-November 2010, tidak sampai pada puncak musim hujan.
”La Nina berdampak merugikan bagi perikanan, tetapi menguntungkan bagi pertanian,” kata Edvin.
Menurut dia, begitu pula sebaliknya, ketika El Nino justru menguntungkan di sektor perikanan. Tetapi, untuk bidang pertanian dalam beberapa tahun terakhir ini tidak dinyatakan terjadi gangguan produksi.
Fadli mengimbuhkan, hujan di beberapa wilayah Indonesia, termasuk Jakarta dan sekitarnya akhir-akhir ini bukanlah dampak menuju fenomena La Nina. Sebab, sekarang masih merupakan masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau. Kejadian La Nina ditandai perpindahan air hangat di Samudra Pasifik (warmpool) dari tengah ke barat atau menuju utara Papua. (NAW)***
Source : Kompas, Sabtu, 10 April 2010 | 03:18 WIB
Kamis, 08 April 2010
Daftar Sungai di Indonesia
[sunting] Bali
- Tukad Ayung
- Sungai Bubuh
- Jeh Ajung
- Jeh He
- Jeh Jinah
- Jeh Poh
- Jeh Sungi
- Tukad Buleleng
- Tukad Banjumala
- Tukad Pakerisan
- Sungai Balangan
- Sungai Batulaya
- Sungai Pancuran
- Sungai Pangi
- Sungai Patanu
- Sungai Sangiang
- Sungai Sangsang
- Sungai Sumbul
- Sungai Unda
[sunting] Bengkulu
- Sungai Alas
- Sungai Bantai
- Air Bengkulen
- Sungai Bengkulu
- Air Blimbing
- Air Dendan
- Air Lais
- Air Lemau
- Air Lintang-kiri
- Sungai lpuh
- Air Keru
- Air Palik
- Air Pikat
- Sungai Ketahun
- Sungai Nasal
- Air Nelas
- Sungai Seblat
- Sungai Seluma
- Sungai Tanjungaur
- Sungai Luas
- Sungai Padanggila
- Air Bengkulen Map
[sunting] Daerah Istimewa Yogyakarta
- Kali Bening
- Kali Code
- Kali Gebang
- Kali Kampar
- Kali Kongkhangan
- Kali Mlese
- Kali Nglusah
- Kali Progo
- Kali Tangkisan
- Kali Sangiran
- Kali Sosonopan
- Kali Waro
- Selokan Mataram
- Sungai Opak
- Sungai Oyo
- Sungai Tepus
[sunting] DKI Jakarta
- Sungai Aluran
- Kali Cantiga
- Kali Gebjuran
- Kali Grogol
- Kali Krukut
- Kali Malang
- Sungai Moa
- Kali Mokervart
- Kali Ciliwung
- Kali Pesanggrahan
- Sungai Tengah
- Kali Semanan
- Sungai Udang
- Kali Angke
[sunting] Jambi
- Batang Asam
- Batang Hari
- Sungai Bulian
- Sungai Danaubangko
- Sungai Kahidupankaor
- Sungai Kumpe
- Sungai Pengabuan
- Batang Tembesi
- Sungai Serengam
- Sungai Singkati-gedang
- Sungai Singoan
[sunting] Jawa Barat
- Ci Binong
- Ci Hideung
- Ci Katomas
- Ci Kapundung
- Ci Kubang
- Ci Langkub
- Ci Losari
- Ci Mandiri
- Ci Mantiung
- Ci Manuk
- Ci Pada
- Ci Paku
- Ci Picung
- Ci Rawa
- Ci Sadane
- Ci Sanggarung
- Ci Sarua
- Ci Tandui
- Ci Tarum
- Ci Ujung
[sunting] Jawa Tengah
- Kali Ampobendo
- Kali Bendungan
- Bengawan Solo
- Kali Bodri
- Kali Bogowonto
- Kali Dogleg
- Kali Kedu Dua
- Kali Dukuh
- Kali Comal
- Kali Geritri
- Kali Gondok
- Sungai Juwana
- Kali KapulogoK
- Kali Klampis
- Kali Lusi
- Kali Maron
- Kali Pemali/ Kali Brebes
- Sungai Progo
- Sungai Serang
- Sungai Serayu
- Kali Urang
[sunting] Jawa Timur
- Sungai Ajung
- Kali Bandojudo
- Sungai Bajulmati
- Sungai Bedadung
- Kali Besukkoboan
- Kali Besuksemut
- Kali Besuktunggeng
- Sungai Brangkal
- Sungai Brantas
- Kali Grobogan
- Kali jatiroto
- Sungai Lamongan
- Sungai Madiun
- Kali Mujur
- Kali Rejali
- Sungai Rejoso
- Sungai Sampean
- Sungai Sumbermarijing
- Kali Suko
- Kali Winong
- Sungai Glagah
[sunting] Kalimantan Barat
- Sungai Airhitam
- Sungai Beliang
- Sungai Embuan
- Sungai Ensabal
- Sungai Jelai
- Sungai Kapuas
- Sungai Landak
- Sungai Melawi
- Sungai Meliau
- Sungai Mengkiang
- Sungai Mempawah
- Sungai Muna
- Sungai Kedukul
- Sungai Paloh
- Sungai Pawan
- Sungai Sambas
- Sungai Saju
- Sungai Sekajam
- Sungai Sengarit
[sunting] Kalimantan Selatan
- Sungai Aingbantai
- Sungai Alalak
- Sungai Ayu
- Sungai Baharangan
- Sungai Balangan
- Sungai Barabai
- Sungai Barito
- Sungai Cegal
- Sungai Gelombang
- Sungai Haruan
- Sungai jaing
- Sungai jangkung
- Sungai Kurambu
- Sungai Martapura
- Sungai Negara
- Sungai Pitap
- Sungai Riam
- Sungai Tabalong
- Sungai Tabuan
- Sungai Tapin
[sunting] Kalimantan Tengah
- Sungai Kahayan
- Sungai Kalanaman
- Sungai Katingan
- Sungai Lamandau
- Sungai Mendawai
- Sungai Pembuang
- Sungai Sampit
- Sungai Seruyan
[sunting] Kalimantan Timur
- Sungai Angisa
- Sungai Bahan
- Sungai Bani
- Sungai Berau
- Sungai Kayan
- Sungai Mahakam
- Sungai Senyiur
- Sungai Sesayap
- Sungai Telen
- Sungai Wahan
[sunting] Lampung
- Sungai Basai
- Sungai Jepara
- Sungai Kambas
- Sungai Pameriliun
- Sungai Sekampung
- Sungai Semah
- Sungai Seputih
- Sungai Simpang Balek
- Sungai Sukadana
- Sungai Tuiangbawang
[sunting] Maluku
- Sungai Apu
- Sungai Castelo
- Sungai Marikrubu
- Sungai Masiulang
- Sungai Ruate
- Sungai Sapatewa
- Sungai Sapulawa
- Sungai Sarafo
- Sungai Togorala
- Sungai Yalua
[sunting] Aceh
- Sungai Geumpang
- Sungai Kruet
- Sungai Meureudu
- Sungai Peureula
- Sungai Peusangan
- Sungai Ranggos
- Sungai Simpang Kanan
- Sungai Simpang Kiri
- Sungai Teunom
- Sungai Waila
[sunting] Nusa Tenggara Barat
- Sungai Ampang
- Sungai Gurakara
- Sungai Jangklok
- Sungai Kampu
- Sungai Nal
- Sungai Pliwis
- Sungai Putih
- Sungai Sidutan
- Sungai Sumpel
- Sungai Tepa
- Sungai Emboko
- Sungai Fai
- Sungai Jamal
- Sungai Kanjiji
- Sungai Lingeh
- Sungai Polapare
- Sungai Rissa
- Sungai Wajalu
- Sungai Wera
[sunting] Papua
- Sungai Baliem
- Sungai Bian
- Sungai Digul
- Sungai Kamundan
- Sungai Lorentz
- Sungai Mayu
- Sungai Memberamo
- Sungai Merauke
- Sungai Noordwese
- Sungai Sircanden
- Sungai Warenoi
[sunting] Riau
- Sungai Bangko
- Sungai Gaung
- Sungai Kampar Kanan
- Sungai Kampar Kiri
- Sungai Ketanan
- Sungai Kuantan/Indragiri
- Sungai Reteh
- Sungai Rokan Kanan
- Sungai Rokan Kiri
- Sungai Siak
[sunting] SuIawesi Tengah
[sunting] Sulawesi Selatan
- Sungai Girirang
- Sungai Jeneberang
- Sungai Karana
- Sungai Malasa
- Sungai Mandar
- Sungai Maraleng
- Sungai Sadong
- Sungai Singga
- Sungai Tangkok
- Sungai Walanae
[sunting] Sulawesi Tengah
- Sungai Batui
- Sungai Bongkal
- Sungai Buol
- Sungai Maraju
- Sungai Mesup
- Sungai Palu
- Sungai Poso
- Sungai Takuwono
- Sungai Toili
- Sungai Wesanga
[sunting] Sulawesi Tenggara
- Sungai Konoweha
- Sungai Labandia
- Sungai Lalindu
- Sungai Lasolo
- Sungai Matarombeo
- Sungai Peleang
- Sungai Sampolawa
- Sungai Watumakale
[sunting] Sulawesi Utara
- Sungai Ayong
- Sungai Binebase
- Sungai Bone
- Sungai Laini
- Sungai Naha
- Sungai Polgar
- Sungai Ranayapu
- Sungai Tabalong
- Sungai Tutul
[sunting] Sumatera Barat
- Sungai Anai
- Sungai Antokan
- Sungai Batang Agam
- Sungai Jujuhan
- Sungai Ombilin
- Sungai Pasaman
- Sungai Sangir
- Sungai Sihilang
- Sungai Sindung
- Sungai Sirantih
- Sungai Tarusan
[sunting] Sumatera Selatan
- Sungai Bulurangtiding
- Sungai Komering
- Sungai Keruh
- Sungai Lakitan
- Sungai Lematang
- Sungai Mesuji
- Sungai Musi
- Sungai Ogan
- Sungai Rambang
- Sungai Rawas
- Sungai Saleh