YANG HOT KLIK DI SINI

Selasa, 21 September 2010

LAPORAN KHUSUS : Sampah Plastik

LAPORAN KHUSUS - Kamis 16 September 2010 | 00:20

Sampah Plastik Memerlukan Perhatian Khusus

SAAT ini gagasan untuk me-nol-kan kantong plastik di masyarakt, seringkali terdengar dan diserukan oleh banyak pihak dengan 1.001 alasan. Gagasan tersebut pada akhirnya akan memunculkan pertanyaan, benarkah kantong plastik memang harus dihilangkan dari peredaran? Lalu, kantong jenis apa yang seharusnya digunakan untuk menggantikan kantong plastik?

Sebagian besar orang memang masih menjadikan plastik sebagai bahan kemasan favorit karena keistimewaan yang dimiliki plastik dan tidak ada pada bahan kemasan lain. Keistimewaan plastik selain memerlukan energi yang lebih hemat, plastik juga memiliki bobot yang ringan, praktis, dan tidak mudah pecah hingga menyebabkan tidak akan pernah bisa terlepas dari plastik. Diperlukan upaya yang sangat smart dan elegan untuk mengatasi hal ini yang tentunya berkaitan dengan masalah lingkungan, social-ekonomi, sekaligus edukasi masyarakat.

InSWA atau Indonesia Solid Waste Assosiation, yang berdiri pada tahun 2003 dan sebagai wadah asosiasi yang menangani khusus pengelolaan sampah di Indonesia mengungkapkan perlunya bagi setiap unsur masyarakat untuk mendukung pengelolaan dan penggunaan plastik ramah lingkungan.

Persoalan persampahan di Indonesia merupakan sebuah fenomena nasional yang memerlukan perhatian khusus untuk menemukan solusi terbaik menyangkut bagaimana melakukan pengelolaan, pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang.

“Hasil kajian ilmiah menunjukkan bahwa untuk menangani pengelolaan sampah harus ditinjau dari lima aspek penting, yakni aspek hukum, aspek kelembagaan, aspek pendanaan, aspek sosial budaya, dan aspek teknologi,” ujar Ketua Umum InSWA Ir Sri Bebassari, MSi saat ditemui Pelita di Jakarta, beberapa waktu lalu.

“Saat bulan Ramadhan, tentu ada Pasar Ramadhan yang meninggalkan sampah. Boleh saja berjualan, tetapi mereka harus menjaga kebersihan dan menyediakan tempat sampah buat penjual sendiri, dan juga buat pengunjung sendiri. Ini peraturan bukan dari aspek teknologi,” kata Sri Bebassari.

Dia mengatakan, “Sebelum Lebaran atau H-3 Jakarta mengalami penurunan jumlah sampah dikarenakan banyak warga yang mudik, peningkatan sampah hanya terjadi pada saat hari Lebaran pertama”.

Menurutnya, 100 persen manusia di dunia menghasilkan sampah, tapi hanya 1 persen yang peduli tentang pengelolaan sampah. Tidak seorangpun yang bersedia ketempatan sampah, meskipun hasil buangan dari dirinya sendiri (not in my back yard).

Angka 100 persen dan 1 persen ini berdasarkan, ketika dirinya bertemu dengan Kepala Kebersihan Tokyo yang juga seorang insinyur pembuat kereta api bawah tanah di Tokyo pada tahun 1984. “Bu jangan putus asa karena pekerjaan ini tidak mudah. Mudah-mudahan kita menjadi orang pilihan dan bisa masuk surga. Mengatasi kebersihan sampah lebih sulit daripada membuat kereta api,” ucap Sri menirukan ucapan Kepala Kebersihan Tokyo tersebut.

Sri mengatakan, untuk aspek hukum, UU No 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah pasal 15 berbunyi, “produsen wajib mengelola kemasan dan atau barang yang diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam”.

Menurut wanita yang juga pernah bekerja di Bank Dunia pada tahun 2005 ini, di Jepang UU tentang sampah sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan sudah bercabang bahasannya, sementara di Indonesia baru berjalan dua tahun. Tak hanya itu saja, untuk membahas urusan UU sampah, 16 menteri di Jepang ikut membahas masalah tersebut.

“Di Singapura untuk menjaga kebersihan dan pengelolaan sampah sangat disertai dengan fasilitas. Kalau ada fasilitas tentunya orang tidak mau buang sampah sembarangan,” ungkapnya.

“Data statistik persampahan domestik Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup 2008, menyebutkan jenis sampah plastik sebesar 5,4 juta ton/tahun. Jumlah ini mengalami peningkatan dan mampu menggeser posisi sampah kertas dengan jumlah 3,6 juta ton/tahun,” jelasnya.

Menurutnya, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk , laju penggunaan plastik pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan kemasan plastik meningkat 10 hingga 13 persen per tahun.

“Berdasarkan studi yang dilakukan oleh PIRA International (The Worldwide Authorithy on Packaging, Paper, Print Industry Supply Chain) pasar kemasan dunia akan ‘dipimpin’ oleh plastik, sedangkan pamor kertas dan aluminium foil sebagai bahan kemasan akan mengalami penurunan,” kata Sri yang pernah bekerja di BPPT ini.

Sebuah penelitian di Amerika juga menemukan fakta bahwa satu keluarga yang terdiri dari empat anggota keluarga, dalam setahun bisa menghabiskan kantong plastik sebanyak 1.460 buah. Menurut kajian peneliti InSWA, setiap hari rata-rata orang Indonesia menghasilkan sampah 0,5 Kg dan 13 persen di antaranya adalah sampah plastik.

“Untuk mendukung mengatasi masalah sampah kami melakukan salah satu ide bijak dan cerdas dengan menggunakan plastik yang ramah lingkungan dengan memberikan sertifikasi Green Label bagi produk plastik yang telah lolos uji ramah lingkungan setelah melalui observasi dan uji laboratorium,” ungkap Sri.

Dia menambahkan, “Plastik ini tidak saja aman bagi lingkungan tetapi juga tidak membahayakan kesehatan manusia. Salah satu produk pertama yang telah mendapatkan sertifikasi ini adalah Lembaga Oxium, produsen plastik ramah lingkungan terbesar di Indonesia”.

“Kami berharap agar lembaga-lembaga pemerintah makin berperan untuk segera menyusun standarisasi Green Label Plastik ini dan mengendalikan banyaknya pernyataan-pernyataan green produk yang belum jelas standarisasinya,” tegasnya.

Wadah Plastik dari Oxium

SEMENTARA itu Presiden Direktur PT Tirta Marta yang memproduksi Oxium, Sugianto Tandio, MSc mengatakan, “Plastik yang kami keluarkan ini juga dapat mempercepat terjadinya proses degradasi plastik dalam waktu kurang lebih dua tahun. Dengan wadah ini diharapkan sampah plastik tidak lagi menumpuk, menghambat saluran air, dan tanah dapat berfungsi kembali sebagai penyerap air hujan”.

Menurut dia, kalau plastik lain baru dapat terdegradasi ribuan tahun, maka dengan penambahan Oxium, plastik akan menjadi ramah lingkungan dan dapat terdegradasi kurang lebih 24 bulan (dua tahun). Lebih aman dibandingkan dengan plastik konvensional.

“Untuk saat ini Oxium sudah digunakan oleh hampir lebih dari 90 persen di modern market sebagai shopping bag mulai dari Carrefour, Indomaret, Alfamart, Superindo, Hero, Giant, Tip Top, Kemchicks, Guardian, Century, Yogya, Zara, Gramedia, dan beberapa lainnya. Diharapkan dengan wadah ini dapat menciptakan masa depan yang lebih baik,” ujarnya.

Dia menambahkan, “Untuk yang akan datang kami juga akan mengeluarkan wadah plastik atau kantong kertas dari bahan singkong,” katanya. (evi)***

Source : Harian Pelita, Kamis 16 September 2010 | 00:20

Berita Terkait :
Sampah Plastik Timbulkan Banyak Masalah
Pemerintah Lamban Atasi Sampah Plastik?
Sudah Saatnya Indonesia Menggunakan Plastik Belanjaan Ramah Lingkungan

Jumat, 17 September 2010

Abrasi Air Ancaman Serius

Abrasi Air Ancaman Serius

Jalan sentral ekonomi yang menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan pusat kota Jakarta ambles sepanjang 103 meter dan lebar 4 meter dengan kedalaman 7 meter di Jalan RE Martadinata, Jakarta Utara, Kamis (16/9). Kerusakan yang terjadi sekitar pukul 03.00 itu membuat jalan arteri Ancol-Pelabuhan Tanjung Priok ditutup untuk kendaraan roda empat. (KOMPAS/AGUS SUSANTO)***

JAKARTA - Abrasi air tidak hanya mengancam Jalan RE Martadinata, Jakarta Utara, yang ambles dini hari kemarin, tetapi semua jalan yang berdekatan dengan kali dan laut juga terancam. Selain itu, penurunan tanah 12-26 sentimeter per tahun di Jakarta Utara juga perlu perhatian serius.

Ruas Jalan RE Martadinata, tepatnya di depan rumah pompa Sunter Utara, ambles sepanjang 103 meter, Kamis (16/9) sekitar pukul 03.00. Jalan yang termasuk jalur nadi perekonomian nasional ini ambles diduga karena tanah di bawahnya tergerus air kali dan air laut.

Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Hermanto Dardak membenarkan bahwa kikisan sungai menjadi penyebab robohnya badan jalan. Oleh karena itu, Kementerian PU akan memasang sheet pile atau tanggul sungai di bawah badan jalan yang masih utuh agar tanahnya tidak terkikis.

Petugas dari Kementerian PU, Yudo Muktiarto, menjelaskan, amblesnya jalan tersebut kemungkinan diakibatkan adanya rongga antara lapisan tanah dan konstruksi jalan beton itu. Lapisan tanah yang kena abrasi air laut juga telah membuat tanah menjadi labil. Selain itu, kendaraan dengan tonase berat yang kerap melintas di jalan tersebut juga bisa menjadi penyebab amblesnya jalan itu.

Pengajar Teknik Sipil Universitas Trisakti, Fransiskus Trisbiantara, mengatakan, jalan beton itu tidak berdiri di atas tiang pancang, tetapi langsung di atas tanah. Seharusnya, kata Trisbiantara, kontraktor jalan membangun tanggul sungai di tanah yang menjadi penopang badan jalan agar tidak mudah terkikis.

”Perlu diteliti apakah struktur beton di bawah badan jalan sudah sesuai dengan beban dan daya dukung tanahnya. Abrasi sungai sudah terlihat sehingga badan jalan seharusnya didukung struktur bawah yang kuat dan bukan hanya ditopang tanah,” lanjutnya.

Trisbiantara mengatakan, Kementerian PU perlu meneliti seluruh struktur fondasi jalan beton di Jakarta Utara agar kejadian serupa tidak terulang. Selama ini, jalan beton dianggap sanggup menahan beban seberat apa pun. Padahal, jalan beton tetap sebuah konstruksi yang memiliki batasan beban dan harus bertumpu pada fondasi yang kuat.

Pendiri Indonesia Water Institute Firdaus Ali menilai, amblesnya jalan itu juga dipengaruhi oleh penurunan permukaan tanah yang terlalu cepat sehingga daya dukung tanah berkurang.

Menurut Firdaus, berdasarkan penelitian Prof Hasanudin ZA dari Institut Teknologi Bandung dan Dr Robert Delinom dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia pada tahun 2009, penurunan permukaan tanah di Jakarta Utara berkisar 12 sampai 26 sentimeter per tahun.

Ada tiga penyebab penurunan tanah di Jakarta Utara, yaitu penurunan secara alami karena kondisi batuan yang mengalami pemadatan, penurunan karena adanya penyedotan air tanah secara berlebihan, dan penurunan karena beban berat dari gedung yang ada di Jakarta Utara.

Secara terpisah, Direktur Wilayah II Bina Marga Kementerian PU Winarno mengatakan, amblesnya jalan itu terjadi akibat adanya pengerukan di pesisir pantai Jakarta Utara sehingga berdampak pada hilangnya keseimbangan struktur tanah di Jalan RE Martadinata. ”Kerugian akibat amblesnya jalan ini sebesar Rp 2,835 miliar,” ujar Winarno.

Namun, Corporate Communication PT Pelabuhan Indonesia II Eddy Haristiani menegaskan, lokasi pengerukan pelabuhan jauh dari lokasi amblesnya jalan. ”Silakan jika ada tim investigasi meneliti amblesan jalan itu. Tetapi kami tegaskan, pengerukan yang kami kerjakan berjarak 1,2 kilometer dari sana, yakni dekat PLTGU,” kata Eddy.

Hermanto Dardak mengatakan, untuk memperbaiki badan jalan yang roboh, pihaknya sedang mempertimbangkan dua alternatif, yaitu pembuatan jembatan atau pemasangan tiang penyangga (pile slab) dan badan jalan dari beton diletakkan di atasnya. Biaya perbaikan diperkirakan mencapai Rp 6 miliar. Selain itu, proses konstruksi juga diperkirakan sudah dapat dimulai dua minggu lagi.

Lalu lintas

Eddy Haristiani mengatakan, truk yang hendak menuju pelabuhan disarankan masuk ke Tol Wiyoto Wiyono, masuk dari Gerbang Tol Ancol, lalu keluar di Gerbang Tol Plumpang, kemudian masuk ke Tanjung Priok.

”Namun, sebenarnya arus truk dari Ancol yang melewati Jalan RE Martadinata tidak terlalu banyak. Lebih banyak truk yang melewati jaringan Tol Lingkar Luar Jakarta dan Tol Wiyoto Wiyono yang lewat di Plumpang,” kata Eddy.

Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Metro Jakarta Utara Komisaris Irvan Prawira Putra saat ditemui di lokasi kejadian mengatakan, untuk sementara, arus lalu lintas yang melalui ruas jalan itu ditutup. Kendaraan roda empat dan lebih tidak bisa melintas di jalan tersebut karena dikhawatirkan ruas jalan yang menuju Ancol juga bisa ambles. ”Hanya motor yang masih boleh lewat di jalan ini,” kata Irvan.

Sementara itu, arus lalu lintas dari arah Terminal Tanjung Priok menuju Ancol dialihkan melalui tiga jalur, yakni Jalan Sunter Podomoro, Jalan Enggano, dan Jalan Gorontalo. Sebaliknya, dari arah Ancol menuju Pelabuhan dan Terminal Tanjung Priok dialihkan ke Jalan Pengadilan, Jakarta Utara, menuju Danau Sunter dan jalan-jalan hunian.

”Kami akan tempatkan personel kami di jalan-jalan alternatif itu agar tidak terjadi penumpukan kendaraan. Selain itu, untuk kendaraan roda empat, kami imbau mengambil Jalan Tol Wiyoto Wiyono,” ujar Irvan.

Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Timur Pradopo mengatakan, bersama tim investigasi dari kementerian terkait, akan dilakukan pemeriksaan terhadap penyebab insiden itu. Menurut dia, belum bisa dipastikan siapa yang bertanggung jawab atas insiden tersebut. ”Kami masih melakukan penyelidikan terhadap semua pihak terkait,” kata Timur.

Hingga kini, Polres Metro Jakarta Utara juga masih menyelidiki penyebab longsornya jalan yang baru dua bulan lalu selesai dibeton itu. Polisi bersama Badan SAR Nasional juga mencari kemungkinan adanya korban yang hanyut ketika jalan itu ambles.

”Kami sudah menurunkan petugas untuk mencari korban. Namun, hingga kini kami belum menemukan tanda-tanda adanya korban,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Utara Komisaris Susatyo Purnomo Condro.

Pencarian terhadap kemungkinan adanya korban dilakukan atas laporan Markusen yang melihat amblesnya jalan itu. Menurut Markusen, ketika melintas di jalan itu, dia melihat ada sebuah sedan di depan motornya. Ketika itu kondisi gelap sehingga Markusen tidak yakin apakah sedan itu ikut ambles atau selamat.

Sejak akhir 2009, ruas Jalan RE Martadinata ditinggikan 60 sentimeter dengan dibeton. Peninggian ini dilakukan karena ruas jalan itu kerap terendam banjir saat air pasang naik. Akibat banjir, lalu lintas menuju Pelabuhan Tanjung Priok tersendat.

Empat saksi

Susatyo menambahkan, hingga Kamis sore polisi telah meminta keterangan dari empat saksi. Saksi pertama adalah Markusen alias Deden, tukang ojek yang melihat ruas jalan tersebut ambles. Kemudian, tiga orang dari Kementerian PU, yakni Sadiman selaku pengawas proyek, Ir Indra Budi Susiawan selaku pelaksana, dan Ir Hendri Suprayogi selaku pengawas jembatan.

”Ini masih pemeriksaan awal. Kami akan mengembangkannya lebih lanjut, termasuk ke kontraktor yang membangun,” ujar Susatyo. (ECA/ARN/RYO)***

Source : Kompas, Jumat, 17 September 2010 | 02:52 WIB

Ada 13 Komentar Untuk Artikel Ini. Kirim Komentar Anda

  • suherman muchdi

Jumat, 17 September 2010 | 15:33 WIB

Benar terjadi penurunan tanah dan tentu jalan beton ikut turun karena tidak ada penopang, tapi daya dukung tanah dibawah tanah yang turun, tidak berarti berkurang. Opini dari Dit Wil II PU tentang pengaruh kegiatan pengerukan, kok asal bunyi. Jika tidak ada perbuatan kriminal, sebaiknya jangan jadikan/ dicari-cari dari kesalahan teknis (perencanaan-design-pelaksanaan-pengawasan) sebagai tindakan pidana.

Balas tanggapan

  • Sabt0 Jaya

Jumat, 17 September 2010 | 13:29 WIB

ini lah kondisi negeri anta branta yg korup, selamat menikmati hai rakyat negeri anta branta, selamat masa bodoh selamat cuek selamat tak peduli hidup negeri korupsi...anta branta namanya, hidup koruptor, hidup para pemimpinnya yg pintar berkelit dan membela diri hihihihihi

Balas tanggapan

  • kelik rickyantoro

Jumat, 17 September 2010 | 10:47 WIB

cepat atau lambat...ambles pastilah...namanya juga inlander...kalo korup pinter dan gesit gesit...amblesnya jalan itu hanya satu dari sekian banyak akibat yg akan terjadi...yg parah dan yg lebih parah juga akan banyak

Balas tanggapan

  • Budianto Muin

Jumat, 17 September 2010 | 09:56 WIB

beberapa tahun ke depan jakarta akan tenggelam, saya membayangkannya seperti venecia, bagus juga!!

Balas tanggapan

  • Benny Saptakusuma

Jumat, 17 September 2010 | 09:43 WIB

Timbul masalah, baru dipikir solusi....kapan ya bangsa kita berpikir kemungkinan kemungkinan masalah baru dibangun/dikerjakan proyek....artinya AMDAL nggak jalan hanya retorika....musibah:(

Balas tanggapan

 

TRANSLATE/TERJEMAH BAHASA

My Blog List

Site Info

Followers

LINGKUNGAN GLOBAL Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template