YANG HOT KLIK DI SINI

Kamis, 11 November 2010

Ketika Merapi Berstatus Awas

VULKANOLOGI

Ketika Merapi Berstatus Awas

Oleh Yuni Ikawati

Gunung Merapi sejak Senin (25/10) dinyatakan berstatus Awas. Peningkatan status ini berdasarkan kenaikan kegempaan vulkanik, deformasi signifikan kubah, serta peningkatan jumlah guguran kubah lava. Curah hujan yang tinggi berpotensi menimbulkan lahar panas di lereng Merapi.

Perubahan status Siaga menjadi Awas gunung berapi di Yogyakarta yang tingginya 2.950 meter itu, jelas Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono, berdasarkan adanya peningkatan signifikan jumlah dan intensitas gempa vulkanik sejak Jumat (22/10) hingga Minggu (24/10). Dalam tiga hari, gempa bumi vulkanik meningkat dari 52 menjadi 80 gempa.

Selain itu, juga terjadi peningkatan pertumbuhan kubah—disebut ”laju inflasi”— hampir empat kali lipat sejak Kamis (21/10) sampai Minggu (24/10). ”Laju inflasi, dari 10,5 cm menjadi 42 cm per hari pada 24 Oktober 2010,” ujar Surono. Laju inflasi diukur dengan memasang reflektor di dekat puncak Merapi.

Jumlah guguran lava sebelum 21 Oktober 2010 kurang dari 100 kejadian menjadi 194 kejadian pada 24 Oktober 2010. Meningkatnya jumlah guguran lava ini mengancam daerah di selatan hingga tenggara Merapi, yaitu Kabupaten Sleman dan Klaten, serta berpotensi menimbulkan awan panas.

Menurut Dewi Sri, staf peneliti di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, curah hujan yang tinggi pada musim hujan ini akan muncul ancaman banjir lahar dingin di lereng selatan dan tenggara karena tumpukan lava akan tererosi hanyut bersama air hujan menjadi lahar dingin hingga turun menjadi banjir lahar, masuk ke sungai di hilir. Lahar dingin berpotensi mengalir di tujuh kali: Kali Boyong, Kuning, Gendol, Woro, Bebeng, Krasak, dan Kali Bedog.

Menurut Dalidjo, pengamat di BPPTK, daerah pertumbuhan tahun ini mirip dengan lokasi tahun 2006. Pada gunung berapi yang berlokasi di empat kabupaten—Sleman, Klaten, Magelang, dan Boyolali—itu terlihat bahwa daerah selatan dan barat menunjukkan aktivitas lebih tinggi dibandingkan sisi lainnya.

Pola pertumbuhan

Menurut Mas Atje Purbawinata—mantan Kepala BPPTK, mengamati Merapi pada 1980-2007—Merapi adalah gunung api teraktif di Pulau Jawa. Aktivitasnya dipengaruhi hunjaman Lempeng Australia ke Lempeng Eurasia di bawah dapur magma Merapi yang relatif lebih aktif daripada zona subduksi lain di selatan Jawa.

Karakter Merapi berbeda dengan gunung berapi umumnya. Pembentukan kubahnya relatif cepat, kubah itu tidak stabil karena akan hancur oleh magma yang menerobos di lubang kepundan. Aktivitas vulkanis ini mengakibatkan guguran lava sehingga menimbulkan awan panas. ”Periode munculnya awan panas guguran sekitar empat tahunan,” lanjut Mas Atje.

Dalam volume besar, material yang gugur berubah menjadi rock avalanche (guguran batuan)—dikenal dengan sebutan wedhus gembel, yaitu campuran material berukuran debu hingga blok bersuhu lebih dari 700 derajat celsius, meluncur dengan kecepatan 100 km per jam.

Pola ini diamati sejak tahun 1930, setelah terjadi ”awan panas letusan” tahun itu. Letusan Merapi terjadi karena besarnya suplai magma. Ketika itu letusan mengarah ke Kali Gendol dan Bebeng dan dampaknya mencapai areal sejauh 12 km.

Suplai magma yang besar ditunjukkan dengan keluarnya banyak gas dari lubang kepundan yang telah terbuka. Gas ini mengandung banyak silika. Peningkatan kandungan silika pada batuan dari lubang kepundan dapat menunjukkan sifat atau tingkat letusan gunung berapi. Merapi akan menimbulkan letusan ketika kandungan silika 58 persen-60 persen.

Dari tingkat keasamannya, Merapi masuk kategori menengah. Gunung yang masuk kategori eksplosif tinggi adalah Krakatau—kandungan silika 62 persen, ujar Mas Atje yang meraih doktornya dari Universitas Otago, Selandia Baru.

Berbeda dengan gunung berapi lain, Merapi memiliki konduit terbuka sehingga aliran magma dari kantung magma mudah naik dan keluar dari lubang kepundan. Hal ini ditunjang oleh tekanan besar di dapur magma.

Kubah baru

Pada Mei tahun 2006, ketika terjadi guguran lava, citra satelit Ikonos dan SPOT yang didapat Lapan (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) menunjukkan ada kubah lava baru berdiameter sekitar 500 meter. Kubah baru ini menimbulkan guguran lava pijar dan awan panas lebih besar dari kubah pertama yang muncul sebelumnya.

Beberapa waktu lalu Priyadi Kardono dari Deputi Pengembangan Sumber Daya Alam Bakosurtanal mengingatkan turunnya lahar di kawasan permukiman di zona rawan bencana. Dari citra satelit SPOT5 terlihat ada permukiman baru di daerah zona rawan bencana awan panas, aliran lava, guguran batu (pijar), gas beracun, dan aliran lahar. Seharusnya kawasan itu bebas permukiman agar tidak timbul korban jiwa jika terjadi letusan. Priyadi menyarankan revisi peta Rawan Bencana dan membuat peta jalur evakuasi yang lebih baik.

Di Indonesia ada 129 gunung berapi—terbanyak di dunia. Di Jawa ada 34 gunung berapi, di Sumatera ada 30, dan Nusa Tenggara ada 28 gunung berapi.***

Source : Kompas, Selasa, 26 Oktober 2010 | 04:14 WIB

Guguran Material Meningkat

Guguran Material Meningkat

YOGYAKARTA - Intensitas guguran material dan gempa di Gunung Merapi terus meningkat. Gemuruh guguran material terdengar hingga ke desa-desa sekitar. Warga pun berkemas, di samping meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan pemantauan secara swadaya.

Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, gempa multifase yang mengindikasikan adanya pertumbuhan kubah lava kembali meningkat menjadi 514 kali sepanjang Jumat (22/10). Jumlah ini merupakan yang tertinggi selama tiga hari terakhir. Rabu lalu gempa multifase sebanyak 479 kali, sedangkan Kamis turun menjadi 321 kali.

Guguran material sepanjang Jumat tercatat 81 kali. Pemantauan di Dusun Gondang, Kelurahan Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Sabtu dini hari, suara guguran material terdengar hingga jarak 4 kilometer dari puncak Merapi.

Aktivitas Merapi yang tertinggi terjadi sekitar Kamis menjelang Jumat pukul 00.00 hingga 01.00, dengan suara gemuruh terdengar sekitar tiga kali dalam satu jam. Meskipun aktivitas tinggi, sejauh ini kubah lava belum terbentuk.

Kepala BPPTK Yogyakarta Subandriyo mengatakan, pola kegempaan, perubahan deformasi, dan belum terbentuknya kubah lava masih mengindikasikan erupsi tahun ini bisa berenergi lebih besar daripada tahun 2006. ”Kalau kubah lava tidak terbentuk, erupsi akan dipicu oleh letusan dulu. Letusan itulah yang bisa berbahaya,” katanya.

Semakin keras

Sejumlah warga yang memantau aktivitas Merapi dari Dusun Gondang menceritakan, suara gemuruh guguran material terdengar semakin keras dan sering selama tiga hari terakhir. Selain itu, terlihat pula asap sulfatara pekat bertekanan rendah.

Kondisi Merapi yang demikian membuat warga desa seputaran lereng Merapi kini meningkatkan kewaspadaan dengan mengadakan pemantauan secara swadaya. Sejumlah warga desa di Kabupaten Magelang dan Klaten di Jawa Tengah serta Sleman di DI Yogyakarta—yang dekat Merapi—juga saling berhubungan dan bertukar informasi.

Agus Sarnyata (36), pengelola induk radio HT Balerante, Klaten, mengatakan, pemantauan swadaya berlangsung 24 jam secara bergantian. ”Cara ini efektif karena informasi dapat diterima langsung oleh warga,” katanya.

Dari Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Kepala Desa Kepuharjo Heri Suprapto mengatakan, penambangan pasir dan pendakian di desanya telah ditutup. Warga juga telah siap bila harus mengungsi sewaktu-waktu. Namun, aktivitas keseharian warga masih normal.

Hal serupa dilaporkan dari Boyolali, Jawa Tengah. Disebutkan, warga di zona merah Gunung Merapi di Dusun Takeran, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, kemarin, merasakan suhu udara yang lebih tinggi. Karena itu, mereka mulai berkemas agar siap dievakuasi.

”Saya sudah menyiapkan baju yang bakal dibawa jika sewaktu-waktu harus mengungsi. Saya siap mengungsi (jika terjadi erupsi Merapi). Namun, saya bingung, bagaimana dua sapi saya jika saya tinggal mengungsi,” kata Sutras (50), warga Takeran, saat sosialisasi siaga evakuasi yang diselenggarakan Komando Distrik Militer 0724 Boyolali di Balai Dusun Takeran, kemarin.

Sosialisasi itu dimaksudkan untuk mengingatkan masyarakat agar memerhatikan sirene bahaya, sekaligus mengingatkan rute ataupun kelompok evakuasi.

Di Semarang, pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah menyatakan siap mengungsikan 53.639 warga yang tercatat tinggal di zona merah Merapi di Kabupaten Magelang, Boyolali, dan Klaten. ”Pengungsian warga akan dilakukan ketika status Merapi menjadi awas,” ujar Kepala BPBD Jateng Priantono Djarot Nugroho seusai rapat koordinasi tanggap Merapi di Semarang.

Sementara itu, dari Bantul, DI Yogyakarta, dilaporkan, kemarin pukul 13.30 daerah tersebut dilanda angin kencang. Hal serupa terjadi di Kota Yogyakarta. (GAL/EGI/DEN/IRE/ARA)***

Source : Kompas, Minggu, 24 Oktober 2010 | 04:00 WIB

Erupsi Merapi Bisa Berenergi Besar

GUNUNG BERAPI

Erupsi Merapi Bisa Berenergi Besar

MAGELANG - Erupsi Gunung Merapi diprediksi akan muncul dengan energi besar. Indikasi ini menguat dengan adanya gejala praerupsi berupa frekuensi gempa vulkanik tinggi—lebih dari 50 kali—jauh melebihi frekuensi gempa vulkanik pada masa praerupsi tahun-tahun sebelumnya.

Dari pemantauan di Kalitengah Lor, Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, titik api mulai terlihat di tenggara puncak Merapi, Kamis (21/10) malam. Aktivitas Merapi terlihat meningkat sekitar pukul 21.00-22.00, ditandai kepulan asap sulfatara tebal, diiringi beberapa kali gempa multifase dan gemuruh suara guguran material. Guguran material mengarah ke Kali Gendol, Cangkringan, rata-rata berjarak 1,5 kilometer.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo, Jumat, menjelaskan, jika pada tahun-tahun sebelumnya Gunung Merapi sudah meletus ketika gempa vulkanik terjadi kurang dari 40 kali sehari, pada saat ini Gunung Merapi masih belum menampakkan tanda-tanda erupsi, walaupun jumlah gempa vulkanik telah mencapai lebih dari 50 kali dalam sehari.

”Ini sungguh merupakan gejala yang tidak lazim,” kata Subandriyo seusai rapat koordinasi dengan jajaran Pemerintah Kabupaten Magelang, Jumat, di Magelang.

Namun, gempa multifase yang mengindikasikan pembentukan kubah lava justru turun, dari 479 kali, Rabu, menjadi 321 kali, sepanjang Kamis. Namun, guguran material semakin meningkat, bahkan pernah mencapai jarak terjauh 3,5 kilometer.

Turunnya frekuensi gempa multifase itu justru mengkhawatirkan karena bisa mengindikasikan adanya penyumbatan gas. Dampaknya, erupsi Merapi tahun ini bisa jadi lebih besar dari tahun 2006. ”Kalau kubah lava segera terbentuk, pola erupsi akan seperti biasanya. Tapi, kalau tidak juga terbentuk, bisa jadi erupsi tahun ini lebih besar dan mendadak dari biasanya atau tipe erupsi vulkanian,” katanya.

Dengan kondisi ini, seluruh masyarakat dan aparat pemerintah di empat kabupaten, yaitu Klaten, Boyolali, Magelang, dan Sleman, agar meningkatkan kesiapsiagaan.

BPPTK Yogyakarta mengimbau warga di lereng Merapi tidak beraktivitas di radius 8 kilometer dari badan sungai, lebih jauh dibandingkan radius saat status waspada, yaitu 7 kilometer dari badan sungai.

Pihaknya belum dapat memprediksi arah letusan Merapi. Jika bersifat eksplosif, menyembur ke atas, maka dampak letusan akan dirasakan merata di empat kabupaten yang mengelilinginya. Namun, jika lebih mengarah ke samping, maka letusan berpeluang tinggi mengarah ke Sleman karena deformasi kubah lava juga mengarah ke sana.

Bupati Magelang Singgih Sanyoto mengatakan, Pemerintah Kabupaten Magelang akan segera memperbaiki jalur-jalur evakuasi yang rusak dengan menutup lubang jalan dengan batu dan tanah. (EGI/IRE/RWN)***

Source : Kompas, Sabtu, 23 Oktober 2010 | 02:56 WIB

Ada 3 Komentar Untuk Artikel Ini. Kirim Komentar Anda

  • andreas budijanto

Sabtu, 23 Oktober 2010 | 12:25 WIB

Awas !! berita terakhir: ratusan monyet sudah mulai turun gunung ... mereka lebih peka terhadap tanda2 alam daripada alat2 buatan manusia. Apakah ini pertanda letusan gunung Merapi akan eksplosif ?

Balas tanggapan

  • Gregorious Aris Buntarman

Sabtu, 23 Oktober 2010 | 09:10 WIB

Material yang dimuntahkan Gunung Merapi juga punya nilai ekonomi bagi masyarakat Yogyakarta. Masalahnya sekarang, bagaimana mengelolanya dengan baik dan efisien? Semua jalan di Yogyakarta kondisinya sangat bagus dibanding dengan jalan-jalan yang ada di luar Yogya. Itu bisa diadakan karena selain tersedianya dana dan juga material ( pasir, batu ) yang kualitasnya sangat baik.

Balas tanggapan

  • Kirjito Vincentius

Sabtu, 23 Oktober 2010 | 07:00 WIB

Kok hanya ditutup batu dan tanah ta Pak Singgih? Musim penghujan begini apa tidak diperhitungkan? Masak ta tidak punya aspal hotmic yang mudah mengerjakannya. Dan jalan sebaiknya mudah untuk papasan dua mobil sayur maupun mobil untuk evakuasi ya biasanya truk glodhag2 itu.

Balas tanggapan

Pesona Abadi Gunung Semeru

Pesona Abadi Gunung Semeru

Pemandangan dari Puncak Semeru. (ARUM TRESNANINGTYAS DAYUPUTRI)***

Kabut tipis menyelimuti deretan tenda pendaki yang berjajar rapi di pinggir Danau Ranu Kumbolo, Minggu (15/8). Sang surya perlahan bergerak meninggi, menghangatkan pagi yang beku. Bayangan pohon pinus dan cemara yang berbaris rapi di sekeliling danau terpantul sempurna pada permukaan air yang mengilap diterpa matahari. Langit biru yang tersapu awan putih seakan turut becermin di permukaan danau, membuat semesta tampak dekat menyatu dengan permukaan air.

Danau yang menyerupai mangkok besar di ketinggian 2.700 meter di atas permukaan laut tersebut merupakan lokasi persinggahan pendaki dalam perjalanan menuju puncak Mahameru. Bermalam di Ranu Kumbolo, mampu menghapus lelah perjalanan panjang pendaki dari Desa Ranu Pane. Keindahan danau berwarna biru kehijauan tersebut mampu memberi energi tambahan untuk melanjutkan pendakian ke puncak Semeru.

Gunung Semeru adalah gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut. Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko. Posisi gunung ini terletak di antara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06' LS dan 120°55' BT.

Pesona Mahameru mengundang banyak pendaki untuk datang, baik dari pendaki lokal maupun asing. Bahkan, Arya Cahya, seorang bocah berusia 5 tahun, pun bersemangat untuk mendaki Gunung Semeru, didampingi keluarganya. (Arum Tresnaningtyas Dayuputri)***

Source : Kompas, Minggu, 24 Oktober 2010 | 04:02 WIB

Rabu, 10 November 2010

Erupsi Merapi Makin Dekat

Erupsi Merapi Makin Dekat

Para pengungsi yang sebagian besar berusia lanjut dan anak-anak lelap di barak pengungsian Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (25/10) malam. Status aktivitas Gunung Merapi saat ini meningkat dari Siaga menjadi Awas, terhitung sejak Senin (25/10) pukul 06.00. (KOMPAS/WAWAN H PRABOWO)***

YOGYAKARTA, Lingkungan Global - Erupsi Gunung Merapi tinggal menunggu waktu dan diperkirakan erupsi itu bersifat eksplosif setelah statusnya naik menjadi Awas sejak Senin (25/10) pukul 06.00.

Peningkatan aktivitas vulkanik empat hari terakhir menandakan gejala erupsi makin dekat.

Prakiraan erupsi yang bersifat eksplosif berbeda dari pola efusif (aliran) yang lebih kerap terjadi atas gunung api dengan ketinggian 2.968 meter di atas permukaan laut itu.

”Tidak ada alasan statusnya ditahan-tahan,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Surono di Yogyakarta, Senin.

Seiring peningkatan status Merapi dari Siaga menjadi Awas, kawasan wisata di lereng Merapi, yakni Kaliurang, Kaliadem, Kalikuning, dan Taman Nasional Gunung Merapi, Senin, dinyatakan tertutup. Sementara itu, evakuasi terhadap penduduk mulai dilakukan di wilayah Merapi yang masuk Jawa Tengah, dan di wilayah DI Yogyakarta.

Peningkatan status dari Siaga ke Awas didasarkan data visual dan instrumental yang meningkat tajam selama empat hari terakhir. Sebelum tanggal 21 Oktober, saat status dinaikkan dari Waspada menjadi Siaga, jumlah guguran material di bawah 100 kali per hari. Sejak 23 Oktober, guguran mencapai di atas 180 kali per hari.

Deformasi puncak yang hingga 21 Oktober hanya 10,5 sentimeter per hari kini mencapai 42 sentimeter per hari. Kondisi itu menunjukkan magma dari perut gunung sudah semakin mendekati puncak. ”Dari segi energi kegempaan, hal ini sudah jauh melampaui saat erupsi tahun 2006,” kata Surono.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Subandriyo menambahkan, laju deformasi terfokus di sekitar kubah lava erupsi tahun 1911. Kubah itu rapuh karena usianya mencapai 100 tahun. ”Namun, kami belum tahu erupsi akan bersifat eksplosif (letusan) atau efusif (aliran). Masih 50:50,” ujarnya.

Ahli vulkanologi dari Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno, mengatakan, berdasarkan gejalanya, erupsi Merapi saat ini diperkirakan bertipe vulkano murni, yaitu erupsi eksplosif dengan pola letusan yang menyemburkan material ke berbagai arah.

Lava meluncur

Sekitar pukul 13.01 terlihat luncuran lava ke arah barat, yaitu ke Kali Senowo, dan Kali Lamat di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, semuanya di Jawa Tengah. ”Pada kejadian sebelumnya, luncuran lava selalu mengarah ke selatan, ke arah Kali Gendol,” kata Repiyo, petugas Pos Pengamatan Ngepos, Srumbung, Magelang.

Repiyo mengatakan, lava tersebut bukan merupakan guguran lava pijar. Luncuran lava sepanjang 2 kilometer itu berlangsung selama dua menit. Guguran lava ini menimbulkan gumpalan asap putih dari atas gunung, yang terlihat dari Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung. Hal ini sempat membuat panik penduduk yang mengira guguran lava itu gumpalan awan panas (wedhus gembel).

Di Klaten, warga Dusun Karangbutan, Desa Sidorejo, yang berada di daerah aliran Kali Woro, merasakan meningkatnya suhu udara.

Penduduk Kabupaten Boyolali, Jateng, di daerah Selo, sejak dua hari lalu juga melihat belasan ekor kera dan burung turun dari hutan Merapi ke kebun-kebun penduduk.

Mengungsi

Subandriyo menjelaskan, sekitar 40.000 warga di kawasan rawan bencana III (radius 10 kilometer) sekeliling Merapi kemarin mulai diungsikan, terutama anak-anak dan orang lanjut usia.

Mereka berasal dari 12 desa yang tersebar di Sleman (DIY, 7 desa), Magelang (Jateng, 2 desa), dan Klaten (Jateng, 3 desa). Evakuasi dilakukan di sisi selatan dan barat daya Merapi yang mengalami deformasi berupa penggembungan, dan jadi arah guguran lava.

Pemerintah Kabupaten Magelang, Senin, mulai mengungsikan 2.260 warga di enam dusun di Kecamatan Srumbung ke titik kumpul di Balai Desa Srumbung. Meskipun begitu, hingga petang kemarin Pemerintah Kabupaten Klaten belum mengevakuasi warga Desa Balerante, Tegalmulyo, dan Sidorejo di Kecamatan Kemalang.

Di DIY, pengungsian dilakukan di tujuh barak pengungsian di Glagaharjo, Kepuharjo, Umbulharjo (Kecamatan Cangkringan); Hargobinangun dan Purwobinangun (Pakem); serta Girikerto dan Wonokerto (Turi).

Jika erupsi terjadi, diperkirakan lava bisa mengalir ke tujuh sungai yang hulunya di Merapi.

Untuk mengecek persiapan tempat penampungan para pengungsi bilamana terjadi erupsi Gunung Merapi di perbatasan Provinsi DIY dan Jateng, Wakil Presiden Boediono, Selasa siang ini, akan meninjau lokasi persiapan penampungan pengungsi di Sleman. Wapres juga akan meninjau Pos Pengamatan Merapi di Kaliurang, Sleman.

Demikian diungkapkan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono di Jakarta. Sore harinya, Agung langsung mengecek kesiapan penanganan Merapi di Sleman.

Juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan, mengaku masih merasa kerasan tinggal di Dusun Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, yang berjarak sekitar 4 kilometer dari puncak Merapi. Mbah Maridjan yang ditanyai banyak orang enggan berkomentar banyak, kecuali berharap dan berdoa.(GAL/EGI/ILO/PRA/ENG/IRE/HAR)***

Source : Kompas, Selasa, 26 Oktober 2010 | 02:56 WIB

Ada 10 Komentar Untuk Artikel Ini. Kirim Komentar Anda

  • anton sulistiono

Selasa, 26 Oktober 2010 | 19:24 WIB

Semoga Alloh senantiasa melindungi kita semua amiiin.

Balas tanggapan

  • Hussein Benhadi

Selasa, 26 Oktober 2010 | 18:58 WIB

semoga saja Pak Beye tidak pelesiran ke luar negeri di saat masyarakat tertimpa musibai

Balas tanggapan

  • Bayu Wiratsongko

Selasa, 26 Oktober 2010 | 15:52 WIB

Kalo dilihat dari sudut mistis, letusan tidak akan mengarah ke arah selatan. Namun semua kembali kepada masing-masing orang.

Balas tanggapan

  • Cah Kenthis

Selasa, 26 Oktober 2010 | 15:26 WIB

berdoa , berusaha , pasrah !

Balas tanggapan

  • sulistiyono nogoprakoso

Selasa, 26 Oktober 2010 | 13:02 WIB

berdoa dan terus berdoalah mendekatkan diri kepada sang Khaliq........ agar kita senantiasa diberikan perlindungan dari segala ancaman bencana........... mbah marijan .......... laksanakan tugasmu sebagaimana yang telah kerap kali engkau lakukan ketika merapi mulai bergejolak.........

Balas tanggapan

Senin, 01 November 2010

GUNUNG BERAPI : Erupsi Merapi Bisa Berenergi Besar

GUNUNG BERAPI

Erupsi Merapi Bisa Berenergi Besar

MAGELANG, Lingkungan Global - Erupsi Gunung Merapi diprediksi akan muncul dengan energi besar. Indikasi ini menguat dengan adanya gejala praerupsi berupa frekuensi gempa vulkanik tinggi—lebih dari 50 kali—jauh melebihi frekuensi gempa vulkanik pada masa praerupsi tahun-tahun sebelumnya.

Dari pemantauan di Kalitengah Lor, Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, titik api mulai terlihat di tenggara puncak Merapi, Kamis (21/10) malam. Aktivitas Merapi terlihat meningkat sekitar pukul 21.00-22.00, ditandai kepulan asap sulfatara tebal, diiringi beberapa kali gempa multifase dan gemuruh suara guguran material. Guguran material mengarah ke Kali Gendol, Cangkringan, rata-rata berjarak 1,5 kilometer.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo, Jumat, menjelaskan, jika pada tahun-tahun sebelumnya Gunung Merapi sudah meletus ketika gempa vulkanik terjadi kurang dari 40 kali sehari, pada saat ini Gunung Merapi masih belum menampakkan tanda-tanda erupsi, walaupun jumlah gempa vulkanik telah mencapai lebih dari 50 kali dalam sehari.

”Ini sungguh merupakan gejala yang tidak lazim,” kata Subandriyo seusai rapat koordinasi dengan jajaran Pemerintah Kabupaten Magelang, Jumat, di Magelang.

Namun, gempa multifase yang mengindikasikan pembentukan kubah lava justru turun, dari 479 kali, Rabu, menjadi 321 kali, sepanjang Kamis. Namun, guguran material semakin meningkat, bahkan pernah mencapai jarak terjauh 3,5 kilometer.

Turunnya frekuensi gempa multifase itu justru mengkhawatirkan karena bisa mengindikasikan adanya penyumbatan gas. Dampaknya, erupsi Merapi tahun ini bisa jadi lebih besar dari tahun 2006. ”Kalau kubah lava segera terbentuk, pola erupsi akan seperti biasanya. Tapi, kalau tidak juga terbentuk, bisa jadi erupsi tahun ini lebih besar dan mendadak dari biasanya atau tipe erupsi vulkanian,” katanya.

Dengan kondisi ini, seluruh masyarakat dan aparat pemerintah di empat kabupaten, yaitu Klaten, Boyolali, Magelang, dan Sleman, agar meningkatkan kesiapsiagaan.

BPPTK Yogyakarta mengimbau warga di lereng Merapi tidak beraktivitas di radius 8 kilometer dari badan sungai, lebih jauh dibandingkan radius saat status waspada, yaitu 7 kilometer dari badan sungai.

Pihaknya belum dapat memprediksi arah letusan Merapi. Jika bersifat eksplosif, menyembur ke atas, maka dampak letusan akan dirasakan merata di empat kabupaten yang mengelilinginya. Namun, jika lebih mengarah ke samping, maka letusan berpeluang tinggi mengarah ke Sleman karena deformasi kubah lava juga mengarah ke sana.

Bupati Magelang Singgih Sanyoto mengatakan, Pemerintah Kabupaten Magelang akan segera memperbaiki jalur-jalur evakuasi yang rusak dengan menutup lubang jalan dengan batu dan tanah. (EGI/IRE/RWN)***

Source : Kompas, Sabtu, 23 Oktober 2010 | 02:56 WIB

Ada 3 Komentar Untuk Artikel Ini. Kirim Komentar Anda

  • andreas budijanto

Sabtu, 23 Oktober 2010 | 12:25 WIB

Awas !! berita terakhir: ratusan monyet sudah mulai turun gunung ... mereka lebih peka terhadap tanda2 alam daripada alat2 buatan manusia. Apakah ini pertanda letusan gunung Merapi akan eksplosif ?

Balas tanggapan

  • Gregorious Aris Buntarman

Sabtu, 23 Oktober 2010 | 09:10 WIB

Material yang dimuntahkan Gunung Merapi juga punya nilai ekonomi bagi masyarakat Yogyakarta. Masalahnya sekarang, bagaimana mengelolanya dengan baik dan efisien? Semua jalan di Yogyakarta kondisinya sangat bagus dibanding dengan jalan-jalan yang ada di luar Yogya. Itu bisa diadakan karena selain tersedianya dana dan juga material ( pasir, batu ) yang kualitasnya sangat baik.

Balas tanggapan

  • Kirjito Vincentius

Sabtu, 23 Oktober 2010 | 07:00 WIB

Kok hanya ditutup batu dan tanah ta Pak Singgih? Musim penghujan begini apa tidak diperhitungkan? Masak ta tidak punya aspal hotmic yang mudah mengerjakannya. Dan jalan sebaiknya mudah untuk papasan dua mobil sayur maupun mobil untuk evakuasi ya biasanya truk glodhag2 itu.

Balas tanggapan

GUNUNG MERAPI : Guguran Material Meningkat

Guguran Material Meningkat

YOGYAKARTA, Lingkungan Global - Intensitas guguran material dan gempa di Gunung Merapi terus meningkat. Gemuruh guguran material terdengar hingga ke desa-desa sekitar. Warga pun berkemas, di samping meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan pemantauan secara swadaya.

Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, gempa multifase yang mengindikasikan adanya pertumbuhan kubah lava kembali meningkat menjadi 514 kali sepanjang Jumat (22/10). Jumlah ini merupakan yang tertinggi selama tiga hari terakhir. Rabu lalu gempa multifase sebanyak 479 kali, sedangkan Kamis turun menjadi 321 kali.

Guguran material sepanjang Jumat tercatat 81 kali. Pemantauan di Dusun Gondang, Kelurahan Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Sabtu dini hari, suara guguran material terdengar hingga jarak 4 kilometer dari puncak Merapi.

Aktivitas Merapi yang tertinggi terjadi sekitar Kamis menjelang Jumat pukul 00.00 hingga 01.00, dengan suara gemuruh terdengar sekitar tiga kali dalam satu jam. Meskipun aktivitas tinggi, sejauh ini kubah lava belum terbentuk.

Kepala BPPTK Yogyakarta Subandriyo mengatakan, pola kegempaan, perubahan deformasi, dan belum terbentuknya kubah lava masih mengindikasikan erupsi tahun ini bisa berenergi lebih besar daripada tahun 2006. ”Kalau kubah lava tidak terbentuk, erupsi akan dipicu oleh letusan dulu. Letusan itulah yang bisa berbahaya,” katanya.

Semakin keras

Sejumlah warga yang memantau aktivitas Merapi dari Dusun Gondang menceritakan, suara gemuruh guguran material terdengar semakin keras dan sering selama tiga hari terakhir. Selain itu, terlihat pula asap sulfatara pekat bertekanan rendah.

Kondisi Merapi yang demikian membuat warga desa seputaran lereng Merapi kini meningkatkan kewaspadaan dengan mengadakan pemantauan secara swadaya. Sejumlah warga desa di Kabupaten Magelang dan Klaten di Jawa Tengah serta Sleman di DI Yogyakarta—yang dekat Merapi—juga saling berhubungan dan bertukar informasi.

Agus Sarnyata (36), pengelola induk radio HT Balerante, Klaten, mengatakan, pemantauan swadaya berlangsung 24 jam secara bergantian. ”Cara ini efektif karena informasi dapat diterima langsung oleh warga,” katanya.

Dari Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Kepala Desa Kepuharjo Heri Suprapto mengatakan, penambangan pasir dan pendakian di desanya telah ditutup. Warga juga telah siap bila harus mengungsi sewaktu-waktu. Namun, aktivitas keseharian warga masih normal.

Hal serupa dilaporkan dari Boyolali, Jawa Tengah. Disebutkan, warga di zona merah Gunung Merapi di Dusun Takeran, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, kemarin, merasakan suhu udara yang lebih tinggi. Karena itu, mereka mulai berkemas agar siap dievakuasi.

”Saya sudah menyiapkan baju yang bakal dibawa jika sewaktu-waktu harus mengungsi. Saya siap mengungsi (jika terjadi erupsi Merapi). Namun, saya bingung, bagaimana dua sapi saya jika saya tinggal mengungsi,” kata Sutras (50), warga Takeran, saat sosialisasi siaga evakuasi yang diselenggarakan Komando Distrik Militer 0724 Boyolali di Balai Dusun Takeran, kemarin.

Sosialisasi itu dimaksudkan untuk mengingatkan masyarakat agar memerhatikan sirene bahaya, sekaligus mengingatkan rute ataupun kelompok evakuasi.

Di Semarang, pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah menyatakan siap mengungsikan 53.639 warga yang tercatat tinggal di zona merah Merapi di Kabupaten Magelang, Boyolali, dan Klaten. ”Pengungsian warga akan dilakukan ketika status Merapi menjadi awas,” ujar Kepala BPBD Jateng Priantono Djarot Nugroho seusai rapat koordinasi tanggap Merapi di Semarang.

Sementara itu, dari Bantul, DI Yogyakarta, dilaporkan, kemarin pukul 13.30 daerah tersebut dilanda angin kencang. Hal serupa terjadi di Kota Yogyakarta. (GAL/EGI/DEN/IRE/ARA)***

Source : Kompas, Minggu, 24 Oktober 2010 | 04:00 WIB

Pesona Abadi Gunung Semeru

Pesona Abadi Gunung Semeru

Pemandangan dari Puncak Semeru. (ARUM TRESNANINGTYAS DAYUPUTRI)****

Kabut tipis menyelimuti deretan tenda pendaki yang berjajar rapi di pinggir Danau Ranu Kumbolo, Minggu (15/8). Sang surya perlahan bergerak meninggi, menghangatkan pagi yang beku. Bayangan pohon pinus dan cemara yang berbaris rapi di sekeliling danau terpantul sempurna pada permukaan air yang mengilap diterpa matahari. Langit biru yang tersapu awan putih seakan turut becermin di permukaan danau, membuat semesta tampak dekat menyatu dengan permukaan air.

Danau yang menyerupai mangkok besar di ketinggian 2.700 meter di atas permukaan laut tersebut merupakan lokasi persinggahan pendaki dalam perjalanan menuju puncak Mahameru. Bermalam di Ranu Kumbolo, mampu menghapus lelah perjalanan panjang pendaki dari Desa Ranu Pane. Keindahan danau berwarna biru kehijauan tersebut mampu memberi energi tambahan untuk melanjutkan pendakian ke puncak Semeru.

Gunung Semeru adalah gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut. Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko. Posisi gunung ini terletak di antara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06' LS dan 120°55' BT.

Pesona Mahameru mengundang banyak pendaki untuk datang, baik dari pendaki lokal maupun asing. Bahkan, Arya Cahya, seorang bocah berusia 5 tahun, pun bersemangat untuk mendaki Gunung Semeru, didampingi keluarganya. (Arum Tresnaningtyas Dayuputri)***

Source : Kompas, Minggu, 24 Oktober 2010 | 04:02 WIB

 

TRANSLATE/TERJEMAH BAHASA

My Blog List

Site Info

Followers

LINGKUNGAN GLOBAL Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template