Pencemaran Sungai Ciliwung Sangat Parah
Sabtu, 05/02/2011 - 12:56
KISMI DWI ASTUTI/"PRLM"
WAKIL Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf (berbaju loreng) ikut memunguti sampah anorganik di Sungai Ciliwung di wilayah Kelurahan Kedung Halang, Kec. Bogor Utara, Kota Bogor, Sabtu (5/2).***
BOGOR, Lingkungan Global - Pencemaran Sungai Ciliwung dinilai sudah sangat parah dan termasuk dalam kategori tercemar berat. Limbah rumah tangga dinyatakan sebagai penyebab utama pencemaran berat yang terjadi di Sungai Ciliwung. Hanya saja, sampai saat ini pemerintah daerah masih sangat kesulitan untuk mengajak masyarakat meninggalkan kebiasaan membuang sampah di sungai.
Hal ini diungkapkan Wakil Gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf ketika melakukan penyisiran ke Sungai Ciliwung untuk membersihkan sampah di wilayah Kelurahan Kedung Halang, Bogor Utara, Kota Bogor, Sabtu (5/2).
Lebih lanjut dikatakan Dede, jika kondisi ini terus berlanjut, dikhawatirkan sejumlah daerah yang menggantungkan sumber air dari Ciliwung akan mengalami krisis air pada tahun 2012 atau 2013.
"Berapapun anggaran yang kita keluarkan untuk menanggulangi pencemaran sungai ini tidak akan berarti jika di wilayah hulunya, yakni rumah tangga masih membuang sampah ke sungai. Bukan hanya sampah organik biasa, tetapi termasuk sisa cucian atau kotoran dari pembuangan WC," kata Dede.
Diakui Dede, sampai saat ini kondisi pencemaran di sepanjang Sungai Ciliwung sudah sangat parah. Banyaknya sampah yang ada di sungai, kata Dede juga disinyalir menjadi penyebab aliran sungai tidak bisa lancar. "Aliran air tidak bisa lancar sampai ke hilir karena banyaknya sampah yang menyumbat aliran sungai," lanjutnya.
Dengan kondisi masyarakat yang ada sekarang, kata Dede, sosialisasi akan memakan waktu yang sangat lama. Untuk itu, Pemprov Jabar akan mengeluarkan peraturan gubernur untuk perlindungan dan pengawasan daerah aliran sungai (DAS) yang ada di wilayah Jabar, seperti Ciliwung, Cisadane, dan Cimanuk.
Selain itu, gerakan membuat masyarakat malu membuang sampah ke sungai juga perlu terus digalakkan, terutama dilakukan oleh anak muda. Dengan demikian, para orang tua yang membuang sampah di sungai malu pada anak mereka yang memunguti sampah di sekitar sungai. "Ke depan problematika kedua kita akan muncul yakni ketahanan air. Krisis air dalam waktu dekat, bahkan bisa terjadi karena sumber air tidak terjaga," ungkapnya.
Sementara itu, Hapsono dari Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) mengatakan kerusakan lingkungan akibat pencemaran di Sungai Ciliwung juga menyebabkan debit air di sungai ini tidak menentu. "Kalau dulu, banjir bandang itu cuma sepuluh tahun sekali, sekarang bisa hampir setahun sekali ada air bandang karena perubahan sungai yang tidak lagi bisa menampung debit air," katanya.
Berdasarkan penelusurannya, ada sekitar 13 titik di aliran Sungai Ciliwung di wilayah Bogor yang tercemar parah. "Yang paling parah berada di sekitar Pasar Jambu Dua dan Pasar Bogor karena limbah pasar masuk ke sungai," lanjutnya.
Hal ini yang menyebabkan wilayah Bogor saat ini sering banjir karena air limpasan sungai. Disayangkan Hapsono, sampai saat ini belum ada perhatian khusus Pemkot Bogor terkait masalah sampah di sungai ini. Pemkot Bogor lebih banyak beralasan adanya keterbatasan wewenang mereka untuk mengatasi masalah ini.
Dari hasil penyisiran yang digagas oleh Circle K dan Greeneration Indonesia ini, ada puluhan karung plastik yang berisi sampah anorganik. (A-155/kur)***
Source : Pikiran-Rakyat Online, Sabtu, 05 Februari 2011