YANG HOT KLIK DI SINI
Selasa, 12 Februari 2013
Ribuan Pohon Mangrove di Tanam di Pantai Dadap Indramayu
Rabu, 11 April 2012
April 2012 : BNPB: 500 Anggota Satuan Reaksi Cepat Siaga
LINGKUNGAN GLOBAL ONLINE
BNPB: 500 Anggota Satuan Reaksi Cepat Siaga
|I Made Asdhiana | Rabu, 11 April 2012 | 16:52 WIB
Bantuan kemanusiaan untuk korban bencana puting beliung diturunkan dari kapal tanggap darurat Basarnas di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu, Jakarta, Jumat (27/1/2012). (KOMPAS/LASTI KURNIA)***
TERKAIT:
- Gempa Juga Terasa sampai Pekanbaru dan Jambi
- India Keluarkan Peringatan Tsunami
- Satu Orang Meninggal di Banda Aceh
- Gempa Guncang Aceh, Anggota DPR Berdoa
- Jaringan Telekomunikasi dan Listrik di Aceh Terganggu
JAKARTA, KOMPAS.com, LINGKUNGAN GLOBAL ONLINE - Kepala Pusat Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyatakan pihaknya telah menyiagakan sekitar 500 orang anggota satuan reaksi cepat di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta terkait gempa bumi yang mengguncang sejumlah wilayah di Sumatera.
"Ada sekitar 500 orang anggota satuan reaksi cepat atau SRC yang siaga di Halim," kata Sutopo Purwo Nugroho melalui sambungan telepon selular, Rabu (11/4/2012).
Sutopo menjelaskan, pihaknya menyiagakan tim tersebut jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk membantu program tanggap darurat di wilayah bencana. "Kami belum tahu berapa orang yang akan diberangkatkan ke lokasi bencana karena masih menunggu kontak dengan pejabat setempat di daerah," katanya.
Sutopo juga menjelaskan, pengiriman tim SRC akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan kerusakan. "Jika daerah bisa menanggulangi sendiri dengan tim yang ada di daerah maka ada kemungkinan tim dari Jakarta tidak berangkat, namun jika ternyata dampak bencana sangat luas dan daerah tidak bisa menanggulangi maka kami akan segera memberangkatkan," katanya.
Sementara itu, gempa berkekuatan 8,5 skala Richter pada pukul 15.38.29 WIB pada kedalaman 10 km atau 364 km barat daya Kabupaten Simeulue. Gempa bumi susulan dengan kekuatan 8,5 SR kembali menggoyang Aceh pada pukul 15.38.33 WIB. Gempa dirasakan di lima wilayah yakni Bengkulu, Lampung, Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Utara***
Source : Kompas.com, Rabu, 11 April 2012
April 2012 : Air Pantai di Simeulue Naik 6 Meter
LINGKUNGAN GLOBAL ONLINE
Air Pantai di Simeulue Naik 6 Meter
Tri Wahono | Rabu, 11 April 2012 | 16:48 WIB
Warga panik mengendarai sepeda motor setelah gempa bumi mengguncang Banda Aceh, rabu (11/4/2012).(SERAMBI INDONESIA/M ANSHAR)***
TERKAIT:
- Yangon Rasakan Getaran Gempa
- Gempa Juga Terasa sampai Pekanbaru dan Jambi
- India Keluarkan Peringatan Tsunami
- Satu Orang Meninggal di Banda Aceh
- Potensi Tsunami Paling Cepat Sampai Daratan Pukul 16.21
JAKARTA, KOMPAS.com, LINGKUNGAN GLOBAL ONLINE — Gempa berkekuatan 8,5 skala Richter yang menguncang Aceh, Rabu (11/4/2012) sore, menyebabkan gelombang ke bibir pantai.
Gelombang dilaporkan telah sampai ke pantai di Simeulue. Demikian disampaikan Prih Harjadi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), saat menginformasikan di salah satu stasiun televisi nasional.
"Tingginya air pantai barat Aceh sudah mencapai 6 meter dan kemungkinan ketika tsunami terjadi, akan terjadi di titik ini lebih dulu sampai ke sepanjang pantai barat Sumatera," ujarnya, menginformasikan.
Lebih lanjut, kemungkinan tsunami akan terhitung mundur hingga 10 sampai 20 menit lagi menyisir seluruh pantai barat Sumatera.
"Kemungkinan jadi seluruh pantai khususnya barat daya Sumut, pantai Sumatera Barat, Bengkulu, dan Lampung," ujar Prih.(Edwin Firdaus)***
Source : Kompas.com, Rabu, 11 April 2012
April 2012 : Gempa di Aceh 8,5 SR Berpotensi Tsunami
LINGKUNGAN GLOBAL ONLINE
Gempa di Aceh 8,5 SR Berpotensi Tsunami
Tri Wahono | Rabu, 11 April 2012 | 15:56 WIB
BMKG Pusat gempa 8,5 SR di Aceh (lingkaran merah).
JAKARTA, KOMPAS.com, LINGKUNGAN GLOBAL ONLINE — Gempa yang mengguncang Aceh, Rabu (11/4/2012), berkekuatan 8,5 skala Richter dan berpotensi tsunami. Demikian dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa mengguncang Aceh pada pukul 15.38 WIB. Adapun pusat gempa di perairan sebelah barat Aceh.
Sebelumnya, BMKG mencatat gempa berkekuatan 8,9 skala Richter (SR) kemudian merevisi menjadi 8,5 SR. Sementara itu United States Geological Survey (USGS) mencatat gempa tersebut dengan magnitud 8,7.***
Source : Kompas.com, Rabu, 11 April 2012
Sabtu, 03 Maret 2012
Lingkungan Cimanuk Indramayu
LINGKUNGAN GLOBAL ONLINE
Lingkungan Cimanuk Indramayu
Cimanuk Lama Perlu Ditata
DEPAN RUMAH SAKIT – Di depan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, masih terlihat kumuh dan tak sedap dipandang mata. Kondisi demikian sudah berlangsung belasan tahun. Terlebih lagi dengan banyaknya bangunan “liar” berbentuk warung-warung di sepanjang tanggul Sungai Cimanuk lama yang berada di Jalan Murah Nara Indramayu, sehingga diduga turut memicu kesemerawutan sekitar bantaran Cimanuk itu. Beberapa warga mengharapkan, agar warung-warung tersebut ditata dengan apik, supaya mengundang selera wisatawan yang berkunjung ke Kota Mangga itu. Kondisi Cimanuk lama yang kurang terurus, seperti gambar yang diambil, Rabu (29/02/2012) siang, terkesan turut memperparah pemandangan di sekitar depan RSUD Indramayu.(Satim)*** Foto-foto : Satim/Lingkungan Global Online
Jembatan Waduk Bojongsari pada Suatu Pagi
LINGKUNGAN GLOBAL ONLINE
Jembatan Waduk Bojongsari pada Suatu Pagi
MENDUNG – Suasana di sekitar Jembatan Bojongsari, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, pada suatu pagi yang berselimut mendung. Setiap hari, lalu-lintas di Jembatan Bojongsari yang membelah Waduk Bojongsari itu, selalu ramai. Tampak dalam gambar yang diambil, Kamis (01/03/2012) pagi, kepadatan lalu-lintas didominasi para pelajar dan para orangtua yang mengantarkan anaknya ke sekolah.(Satim)*** Foto : Satim/Lingkungan Global Online
Saluran Sekunder Panyindangan Wetan Rusak
LINGKUNGAN GLOBAL ONLINE
Saluran Sekunder Panyindangan Wetan Rusak
JARINGAN RUSAK – Kalen, atau pihak Dinas Peengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Pertambangan dan Energi (Tamben) Kabupaten Indramayu menyebutnya dengan julukan Saluran Sekunder (SS) di Desa Panyindangan Wetan, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, saat ini kondisinya mengalami kerusakan parah. Penyebabnya, selain faktor alam, juga diduga akibat ulah manusia yang masih hobi membuang sampah ke sungai itu. Apalagi jenis sampahnya didominasi sampah plastik yang tak mudah hancur. Pendangkalan dan kerusakan jaringan irigasi itu cenderung menjadi-jadi. Seperti tampak dalam gambar yang diambil, Selasa (28/02/2012) siang. Konon, kabarnya, pihak Dinas PSDA dan Tamben Kabupaten Indramayu tahun 2012 ini, akan menenderkan proyek normalisasi jaringan irigasi Desa Panyindangan Wetan itu. (Satim)*** Foto-foto : Satim/Lingkungan Global Online
Jumat, 03 Februari 2012
Saluran Irigasi Desa Legok Masih “Pesta” Sampah
LINGKUNGAN GLOBAL ONLINE
Saluran Irigasi Desa Legok Masih “Pesta” Sampah
SAMPAH LEGOK – Jalur Pantura Desa Legok Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, masih terlihat kotor. Karena sampah yang berada di saluran irigasi desa itu, sempat mampet dan menjadi pemandangan yang terkesan kotor dan berbau tak sedap. Hingga Jumat (03/02/2012) siang, sampah-sampah yang didominasi sampah plastik seperti tengah “demo” beriringan ikut hanyut oleh derasnya air saluran irigasi Desa Legok tersebut.(Satim)*** Foto-foto : Satim/Lingkungan Global Online
Kamis, 22 Desember 2011
Catatan Akhir Tahun 2011 : GOR Dharma Ayu Terkesan Diterjang “Tsunami”
LINGKUNGAN GLOBAL ONLINE
Catatan Akhir Tahun 2011
GOR Dharma Ayu Terkesan Diterjang “Tsunami”
KOTOR DAN KUMUH – Kondisi halaman Gelanggang Olah Raga (GOR) Dharma Ayu Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, Kamis (22/12/2011) pagi, terkesan diterjang bencana alam Tsunami. Di sekitar halamannya, sampah basah berserakan dan berair. Menurut warga setempat, kondisi demikian sudah berlangsung berhari-hari dan belum dilakukan tindakan pembersihan oleh penanggung jawab GOR Dharma Ayu. Kabarnya, sejak 18 November 2011 hingga 18 Desember 2011, halaman tempat olahraga itu disewa pengelola hiburan lumba-lumba. Usai dijadikan tempat hiburan, kini diduga yang tersisa sampahnya.(Satim)*** Foto-foto : Satim/Lingkungan Global Online
Minggu, 13 November 2011
Sawah Tandus Dijadikan Lapangan Bola Desa Dermayu
LINGKUNGAN GLOBAL ONLINE
Sawah Tandus Dijadikan Lapangan Bola Desa Dermayu
LAPANGAN BOLA DERMAYU – Sawah tandus dan sering disebut-sebut areal tegalan di Desa Dermayu, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, kini dijadikan lapangan bola. Meski baru tahap pengerjaan pengurukan, namun masyarakat setempat mengharapkan, agar pelaksanaan proyek lapangan bola itu bisa segera selesai. Konon, pembuatan lapangan bola Desa Dermayu itu didanai APBD Kabupaten Indramayu tahun 2011yang dialokasikan melalui Proyek Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP). Namun hingga Sabtu (12/11/2011) sore, pelaksanaan pekerjaan pembuatan lapangan bola Desa Dermayu itu belum berjalan normal, sementara tinggal beberapa minggu lagi sudah tutup anggaran tahun 2011. (Satim)*** Foto-foto : Satim
Sabtu, 04 Juni 2011
Kondisi Air Tanah di Kota Bekasi Memprihatinkan
Sabtu, 4 Juni 2011
LINGKUNGAN GLOBAL ONLINE
Kalangan Industri untuk Beralih ke PDAM
Kondisi Air Tanah di Kota Bekasi Memprihatinkan
Sabtu, 04/06/2011 - 16:41
BEKASI, LINGKUNGAN GLOBAL ONLINE - Kalangan industri di Kota Bekasi mulai diarahkan untuk tak bergantung pada pemakaian air tanah. Pasalnya, kondisi air tanah di Kota Bekasi saat ini sudah memasuki taraf memprihatinkan, menyusul penggunaan yang tinggi oleh kalangan industri dan rumah tangga.
Upaya mendorong pengurangan ketergantungan industri terhadap penggunaan air tanah diperkuat dengan terbitnya Peraturan Daerah tentang Pajak Air Tanah yang disahkan Desember 2010. Pengendalian penggunaan air tanah demi menjaga kelestarian ekosistem lingkungan merupakan salah satu poin utama yang dibahas dalam peraturan tersebut.
Kepala Badan Pengendali Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bekasi Syafei Muhamad mengatakan, secara bertahap pihaknya akan mulai mengurangi keleluasaan industri dalam mengambil air tanah.
Masing-masing industri sudah ditentukan kuota air tanah yang boleh dipergunakan. Setiap tahun, saat perpanjangan izin penggunaan air tanah, kuota yang diberikan akan terus dikurangi hingga akhirnya habis dan industri tak bisa lagi mempergunakannya.
"Kalau penggunaan sudah melebihi kuota yang ditentukan, kelebihan airnya akan dikenakan pajak. Daripada mengeluarkan biaya untuk membayar pajak yang cukup tinggi, kami giring industri untuk beralih ke PDAM," tuturnya.
Peralihan ke PDAM ini, lebih lanjutnya, akan berdampak pada penyelamatan ekosistem lingkungan demi kelestarian sumber air tanah.
Sebelumnya BPLH Kota Bekasi pernah merilis bahwa kualitas dan kuantitas air tanah di Kecamatan Medan Satria dan Bekasi Utara sudah memasuki zona kritis. Muka tanah di lokasi yang menjadi pusat industri ini sudah turun akibat eksploitasi air tanah berlebihan.
Secara terpisah anggota Komisi D DPRD Kota Bekasi Sardi Efendi mengungkapkan, jika Perda Pajak Air Tanah ini dapat diimplementasikan secara maksimal, bukan hanya ekosistem lingkungan yang terselamatkan.
"Kontribusi terhadap PAD dari industri pun tinggi, bisa mencapai Rp 400 miliar per tahunnya. Mudah-mudahan bisa membuat industri berpikir ulang. Mengeksploitasi air tanah hanya akan merusak ekosistem dan juga menambah pengeluaran," katanya.
Perda yang mulai efektif diberlakukan, meski masih menunggu penomoran, ini berlaku tegas. Terhadap pelanggar, dapat dipidanakan. (A-184/kur)***
Source : Pikiran Rakyat Online, Sabtu, 4 Juni 2011
Sabtu, 16 April 2011
Kamus Berjalan Konservasi Lingkungan
16 April 2011
LINGKUNGAN GLOBAL ONLINE
GANJAR
Kamus Berjalan Konservasi Lingkungan
GANJAR. (Kompas/Rony Ariyanto Nugroho)***
Oleh Cornelius Helmy
Sebagai warga asli Dago Pakar, Bandung, Jawa Barat, Ganjar merasa bertanggung jawab pada lingkungan kawasan itu. Rasa ingin tahu dan kemauan belajar membuat Ganjar mendapat predikat sebagai ”kamus berjalan” konservasi lingkungan di Taman Hutan Rakyat Djuanda. Pertanyaan tentang sejarah hingga karakteristik flora dan faunanya bisa dia jawab tanpa melihat buku panduan.
Taman Hutan Rakyat (Tahura) Djuanda adalah kawasan pelestarian alam dengan koleksi tumbuhan dan satwa yang bisa dimanfaatkan bagi kepentingan umum. Ini terutama sebagai tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan dan wisata. Lahan yang dikelola Dinas Kehutanan Jawa Barat ini luasnya 590 hektar dengan koleksi sekitar 2.500 tumbuhan.
Tahura yang dibangun pada 1912 ini tercatat sebagai yang tertua dibangun Belanda. Pusat taman yang sebelumnya dikenal sebagai Taman Rakyat Pulosari atau biasa disebut masyarakat sebagai Palasari terletak di Kampung Pakar, Desa Ciburial, Kecamatan Cimeyan, Kabupaten Bandung.
Penguasaan tentang beragam pengetahuan ternyata sangat berguna bagi promosi wisata dan aktivitas penelitian di Tahura, baik di dalam maupun luar negeri. Sebagai promosi wisata, Ganjar bisa berperan sebagai pemandu wisata yang paham tentang detail Tahura. Pengunjung tak sekadar melihat obyek yang ada, tetapi juga paham tentang sejarah, perkembangan, dan nilai positif yang tertanam di dalamnya.
Narasumber ahli
Terkait dengan pengembangan ilmu pengetahuan, Ganjar kerap menjadi narasumber bagi peneliti dari berbagai lembaga di dalam dan luar negeri. Contohnya, saat ia melapor kepada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia tentang penemuan anggrek kecil dari famili Taeniophyllum yang tumbuh di pohon merawan (Hopea sp) tahun lalu atau saat ia memberikan penjelasan mengenai pohon terbesar di Tahura, mahoni Uganda (Khaya anthotheca), kepada 20 mahasiswa pascasarjana jurusan kehutanan dari Universiti Putera Malaysia. Ganjar fasih menjelaskan berbagai karakteristik dan kegunaan flora di Tahura, termasuk hafal nama latinnya.
”Senang bisa berbagi pengalaman dan ilmu pengetahuan kepada mereka. Saya juga belajar banyak keahlian mereka, seperti cara mendata flora dan fauna yang terstruktur serta ilmiah,” kata Ganjar, yang hanya mengenyam pendidikan hingga sekolah menengah atas.
Keterlibatan Ganjar dengan kawasan konservasi Tahura dimulai tahun 2004 sebagai petugas di bagian penyemaian, yang dilanjutkan sebagai pegawai kebersihan. Kini jabatannya petugas keamanan. Namun, hal ini tak menghalangi minat Ganjar belajar tentang keragaman hayati di Tahura.
Cara belajarnya pun terbilang unik. Apabila ada kegiatan peneliti atau kunjungan wisata pendidikan di Tahura, ia kerap mengikuti mereka. Tanpa diketahui banyak orang, ia sebenarnya menyimak penjelasan dan menyimpannya dalam ingatan. Sesampainya di rumah, ingatan itu ia tuliskan dalam bentuk dokumen.
”Pernah juga ketika membuntuti salah satu kegiatan, saya ditanya dan ternyata jawaban saya memuaskan. Setelah itu, kami justru saling bertukar ilmu,” katanya.
Ganjar mengaku, selama ini dia banyak belajar dan bertanya kepada pakar kehutanan di Tahura, seperti Bambang dan Lili Romli.
Literatur pribadi
Memori yang ia tuangkan dalam tulisan kini berbuah data yang berharga tentang kekayaan flora di Tahura. Saat ini, kata Ganjar, dia memiliki data lebih banyak ketimbang data resmi Tahura. Data resmi hanya menyebutkan 112 jenis tumbuhan dari 40 famili, sedangkan ia menemukan 170 jenis yang berasal lebih dari 40 famili. Tanaman langka yang masuk data inventarisnya, antara lain, hampelas (Ficus ampelas), biosoro atau peer (Ficus hispida), beunying (Ficus breviscuspis), kondang (Ficus variegata), dan huru leueur (Phoebe excelsa).
Ia mengatakan, semua pohon berbatang keras dan besar dahulu sangat khas di Jawa Barat, tetapi kini keberadaannya terancam punah. Kegunaan pohon ini pun beragam. Contohnya hampelas. Daunnya yang bertekstur kasar digunakan masyarakat zaman dahulu untuk menghaluskan perkakas kayu. Beunying atau kondang terkenal sebagai bahan yang sangat baik untuk pembangunan atap rumah.
Ganjar juga menyisipkan jenis ikan khas yang hidup di berbagai curug atau air terjun di Tahura. Salah satunya adalah hike (Labeobarbus longipinnis) yang hidup di arus deras dan memiliki ciri fisik seperti salmon.
”Saat ini data itu masih jadi literatur pribadi. Namun, saya ingin membuatnya menjadi buku untuk panduan pengunjung atau anak sekolah. Sementara ini memang belum tercapai karena menunggu masukan pakar lebih banyak dan modal,” ujarnya.
Di samping keanekaragaman hayati, Ganjar juga memiliki data tentang sisa kearifan lokal yang tumbuh di sekitar Tahura. Contohnya, Situs Cibitung yang merupakan peninggalan zaman prasejarah. Situs ini berbentuk makam dan pernah ditemukan batu arca di sekitarnya. Setelah ditelaah, ternyata tempat ini dianggap suci karena ada mata air di sekitarnya.
”Ini bisa menjadi potensi wisata sekaligus perlindungan terhadap alam yang harus terus dikembangkan,” ujar Ganjar, yang hingga kini masih berstatus pegawai outsourcing Tahura.
Berdayakan masyarakat
Ganjar melihat keberadaan Tahura dengan peninggalan sejarah serta flora dan faunanya belum dimanfaatkan sepenuhnya. Hampir 90 persen pengunjung minim literatur perlindungan lingkungan. Dia pun memanfaatkan tugasnya sebagai pemandu wisata dan sering menyisipkan pengetahuannya tentang koleksi hayati di Tahura kepada pengunjungnya, terutama anak-anak.
Dia melakukan praktik langsung agar penjelasannya lebih mudah diterima. Sebagai contoh, mengukur pohon mahoni, menghaluskan kayu dengan daun hampelas, dan menirukan suara burung di sekitar Tahura.
Ganjar berpendapat, cara seperti itu lebih mudah ditangkap pengunjung ketimbang sekadar melihat dari buku atau catatan tertulis.
Selain itu, ia juga kerap memberi saran kepada pedagang dan teman- temannya tentang cara menanam pohon dengan benar. ”Saya katakan kepada mereka agar memindahkan tanaman ke tempat yang luas. Tanaman tidak akan tumbuh dengan baik kalau sekadar hidup di dalam pot,” kata Ganjar. Dia kini sedang belajar menggunakan perangkat global positioning system (GPS) untuk memetakan 50 pohon besar di Tahura.
Selain itu, dia juga bercita-cita bersama masyarakat sekitar Tahura menjadi sukarelawan dan bekerja sama dengan pengelola Tahura. Tak sekadar jadi penunjuk arah, tetapi juga jadi masyarakat yang memiliki pengetahuan mendalam mengenai sejarah dan keragaman hayati di Tahura.
GANJAR
• Lahir: Bandung, 8 Februari 1976 • Istri: Yani (30) • Anak: Siti Hajar Agni Ramadhan (3) • Pelatihan: - Satuan Pemadam Kebakaran Tahura, 2006 - Lebah Madu Tahura, 2009 - Interpreter Tahura, 2008.***
Source : Kompas, Sabtu, 16 April 2011
KOMENTAR
Ada 1 Komentar Untuk Artikel Ini.
Sabtu, 16 April 2011 | 10:00 WIB
matap ganjar,,, ilmu emang gak perlu sekolah tapi kemauan untuk tahu yang tinggi itu yag membuat kita lebihhh banyak pengethuan... SEMANGAT TRUS SALAM PERJUANGAN
Sabtu, 05 Februari 2011
Pencemaran Sungai Ciliwung Sangat Parah
Pencemaran Sungai Ciliwung Sangat Parah
Sabtu, 05/02/2011 - 12:56
KISMI DWI ASTUTI/"PRLM"
WAKIL Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf (berbaju loreng) ikut memunguti sampah anorganik di Sungai Ciliwung di wilayah Kelurahan Kedung Halang, Kec. Bogor Utara, Kota Bogor, Sabtu (5/2).***
BOGOR, Lingkungan Global - Pencemaran Sungai Ciliwung dinilai sudah sangat parah dan termasuk dalam kategori tercemar berat. Limbah rumah tangga dinyatakan sebagai penyebab utama pencemaran berat yang terjadi di Sungai Ciliwung. Hanya saja, sampai saat ini pemerintah daerah masih sangat kesulitan untuk mengajak masyarakat meninggalkan kebiasaan membuang sampah di sungai.
Hal ini diungkapkan Wakil Gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf ketika melakukan penyisiran ke Sungai Ciliwung untuk membersihkan sampah di wilayah Kelurahan Kedung Halang, Bogor Utara, Kota Bogor, Sabtu (5/2).
Lebih lanjut dikatakan Dede, jika kondisi ini terus berlanjut, dikhawatirkan sejumlah daerah yang menggantungkan sumber air dari Ciliwung akan mengalami krisis air pada tahun 2012 atau 2013.
"Berapapun anggaran yang kita keluarkan untuk menanggulangi pencemaran sungai ini tidak akan berarti jika di wilayah hulunya, yakni rumah tangga masih membuang sampah ke sungai. Bukan hanya sampah organik biasa, tetapi termasuk sisa cucian atau kotoran dari pembuangan WC," kata Dede.
Diakui Dede, sampai saat ini kondisi pencemaran di sepanjang Sungai Ciliwung sudah sangat parah. Banyaknya sampah yang ada di sungai, kata Dede juga disinyalir menjadi penyebab aliran sungai tidak bisa lancar. "Aliran air tidak bisa lancar sampai ke hilir karena banyaknya sampah yang menyumbat aliran sungai," lanjutnya.
Dengan kondisi masyarakat yang ada sekarang, kata Dede, sosialisasi akan memakan waktu yang sangat lama. Untuk itu, Pemprov Jabar akan mengeluarkan peraturan gubernur untuk perlindungan dan pengawasan daerah aliran sungai (DAS) yang ada di wilayah Jabar, seperti Ciliwung, Cisadane, dan Cimanuk.
Selain itu, gerakan membuat masyarakat malu membuang sampah ke sungai juga perlu terus digalakkan, terutama dilakukan oleh anak muda. Dengan demikian, para orang tua yang membuang sampah di sungai malu pada anak mereka yang memunguti sampah di sekitar sungai. "Ke depan problematika kedua kita akan muncul yakni ketahanan air. Krisis air dalam waktu dekat, bahkan bisa terjadi karena sumber air tidak terjaga," ungkapnya.
Sementara itu, Hapsono dari Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) mengatakan kerusakan lingkungan akibat pencemaran di Sungai Ciliwung juga menyebabkan debit air di sungai ini tidak menentu. "Kalau dulu, banjir bandang itu cuma sepuluh tahun sekali, sekarang bisa hampir setahun sekali ada air bandang karena perubahan sungai yang tidak lagi bisa menampung debit air," katanya.
Berdasarkan penelusurannya, ada sekitar 13 titik di aliran Sungai Ciliwung di wilayah Bogor yang tercemar parah. "Yang paling parah berada di sekitar Pasar Jambu Dua dan Pasar Bogor karena limbah pasar masuk ke sungai," lanjutnya.
Hal ini yang menyebabkan wilayah Bogor saat ini sering banjir karena air limpasan sungai. Disayangkan Hapsono, sampai saat ini belum ada perhatian khusus Pemkot Bogor terkait masalah sampah di sungai ini. Pemkot Bogor lebih banyak beralasan adanya keterbatasan wewenang mereka untuk mengatasi masalah ini.
Dari hasil penyisiran yang digagas oleh Circle K dan Greeneration Indonesia ini, ada puluhan karung plastik yang berisi sampah anorganik. (A-155/kur)***
Source : Pikiran-Rakyat Online, Sabtu, 05 Februari 2011
Kamis, 11 November 2010
Ketika Merapi Berstatus Awas
Ketika Merapi Berstatus Awas
Oleh Yuni Ikawati
Gunung Merapi sejak Senin (25/10) dinyatakan berstatus Awas. Peningkatan status ini berdasarkan kenaikan kegempaan vulkanik, deformasi signifikan kubah, serta peningkatan jumlah guguran kubah lava. Curah hujan yang tinggi berpotensi menimbulkan lahar panas di lereng Merapi.
Perubahan status Siaga menjadi Awas gunung berapi di Yogyakarta yang tingginya 2.950 meter itu, jelas Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono, berdasarkan adanya peningkatan signifikan jumlah dan intensitas gempa vulkanik sejak Jumat (22/10) hingga Minggu (24/10). Dalam tiga hari, gempa bumi vulkanik meningkat dari 52 menjadi 80 gempa.
Selain itu, juga terjadi peningkatan pertumbuhan kubah—disebut ”laju inflasi”— hampir empat kali lipat sejak Kamis (21/10) sampai Minggu (24/10). ”Laju inflasi, dari 10,5 cm menjadi 42 cm per hari pada 24 Oktober 2010,” ujar Surono. Laju inflasi diukur dengan memasang reflektor di dekat puncak Merapi.
Jumlah guguran lava sebelum 21 Oktober 2010 kurang dari 100 kejadian menjadi 194 kejadian pada 24 Oktober 2010. Meningkatnya jumlah guguran lava ini mengancam daerah di selatan hingga tenggara Merapi, yaitu Kabupaten Sleman dan Klaten, serta berpotensi menimbulkan awan panas.
Menurut Dewi Sri, staf peneliti di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, curah hujan yang tinggi pada musim hujan ini akan muncul ancaman banjir lahar dingin di lereng selatan dan tenggara karena tumpukan lava akan tererosi hanyut bersama air hujan menjadi lahar dingin hingga turun menjadi banjir lahar, masuk ke sungai di hilir. Lahar dingin berpotensi mengalir di tujuh kali: Kali Boyong, Kuning, Gendol, Woro, Bebeng, Krasak, dan Kali Bedog.
Menurut Dalidjo, pengamat di BPPTK, daerah pertumbuhan tahun ini mirip dengan lokasi tahun 2006. Pada gunung berapi yang berlokasi di empat kabupaten—Sleman, Klaten, Magelang, dan Boyolali—itu terlihat bahwa daerah selatan dan barat menunjukkan aktivitas lebih tinggi dibandingkan sisi lainnya.
Pola pertumbuhan
Menurut Mas Atje Purbawinata—mantan Kepala BPPTK, mengamati Merapi pada 1980-2007—Merapi adalah gunung api teraktif di Pulau Jawa. Aktivitasnya dipengaruhi hunjaman Lempeng Australia ke Lempeng Eurasia di bawah dapur magma Merapi yang relatif lebih aktif daripada zona subduksi lain di selatan Jawa.
Karakter Merapi berbeda dengan gunung berapi umumnya. Pembentukan kubahnya relatif cepat, kubah itu tidak stabil karena akan hancur oleh magma yang menerobos di lubang kepundan. Aktivitas vulkanis ini mengakibatkan guguran lava sehingga menimbulkan awan panas. ”Periode munculnya awan panas guguran sekitar empat tahunan,” lanjut Mas Atje.
Dalam volume besar, material yang gugur berubah menjadi rock avalanche (guguran batuan)—dikenal dengan sebutan wedhus gembel, yaitu campuran material berukuran debu hingga blok bersuhu lebih dari 700 derajat celsius, meluncur dengan kecepatan 100 km per jam.
Pola ini diamati sejak tahun 1930, setelah terjadi ”awan panas letusan” tahun itu. Letusan Merapi terjadi karena besarnya suplai magma. Ketika itu letusan mengarah ke Kali Gendol dan Bebeng dan dampaknya mencapai areal sejauh 12 km.
Suplai magma yang besar ditunjukkan dengan keluarnya banyak gas dari lubang kepundan yang telah terbuka. Gas ini mengandung banyak silika. Peningkatan kandungan silika pada batuan dari lubang kepundan dapat menunjukkan sifat atau tingkat letusan gunung berapi. Merapi akan menimbulkan letusan ketika kandungan silika 58 persen-60 persen.
Dari tingkat keasamannya, Merapi masuk kategori menengah. Gunung yang masuk kategori eksplosif tinggi adalah Krakatau—kandungan silika 62 persen, ujar Mas Atje yang meraih doktornya dari Universitas Otago, Selandia Baru.
Berbeda dengan gunung berapi lain, Merapi memiliki konduit terbuka sehingga aliran magma dari kantung magma mudah naik dan keluar dari lubang kepundan. Hal ini ditunjang oleh tekanan besar di dapur magma.
Kubah baru
Pada Mei tahun 2006, ketika terjadi guguran lava, citra satelit Ikonos dan SPOT yang didapat Lapan (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) menunjukkan ada kubah lava baru berdiameter sekitar 500 meter. Kubah baru ini menimbulkan guguran lava pijar dan awan panas lebih besar dari kubah pertama yang muncul sebelumnya.
Beberapa waktu lalu Priyadi Kardono dari Deputi Pengembangan Sumber Daya Alam Bakosurtanal mengingatkan turunnya lahar di kawasan permukiman di zona rawan bencana. Dari citra satelit SPOT5 terlihat ada permukiman baru di daerah zona rawan bencana awan panas, aliran lava, guguran batu (pijar), gas beracun, dan aliran lahar. Seharusnya kawasan itu bebas permukiman agar tidak timbul korban jiwa jika terjadi letusan. Priyadi menyarankan revisi peta Rawan Bencana dan membuat peta jalur evakuasi yang lebih baik.
Di Indonesia ada 129 gunung berapi—terbanyak di dunia. Di Jawa ada 34 gunung berapi, di Sumatera ada 30, dan Nusa Tenggara ada 28 gunung berapi.***
Source : Kompas, Selasa, 26 Oktober 2010 | 04:14 WIB