Erupsi Merapi Bisa Berenergi Besar
MAGELANG, Lingkungan Global - Erupsi Gunung Merapi diprediksi akan muncul dengan energi besar. Indikasi ini menguat dengan adanya gejala praerupsi berupa frekuensi gempa vulkanik tinggi—lebih dari 50 kali—jauh melebihi frekuensi gempa vulkanik pada masa praerupsi tahun-tahun sebelumnya.
Dari pemantauan di Kalitengah Lor, Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, titik api mulai terlihat di tenggara puncak Merapi, Kamis (21/10) malam. Aktivitas Merapi terlihat meningkat sekitar pukul 21.00-22.00, ditandai kepulan asap sulfatara tebal, diiringi beberapa kali gempa multifase dan gemuruh suara guguran material. Guguran material mengarah ke Kali Gendol, Cangkringan, rata-rata berjarak 1,5 kilometer.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo, Jumat, menjelaskan, jika pada tahun-tahun sebelumnya Gunung Merapi sudah meletus ketika gempa vulkanik terjadi kurang dari 40 kali sehari, pada saat ini Gunung Merapi masih belum menampakkan tanda-tanda erupsi, walaupun jumlah gempa vulkanik telah mencapai lebih dari 50 kali dalam sehari.
”Ini sungguh merupakan gejala yang tidak lazim,” kata Subandriyo seusai rapat koordinasi dengan jajaran Pemerintah Kabupaten Magelang, Jumat, di Magelang.
Namun, gempa multifase yang mengindikasikan pembentukan kubah lava justru turun, dari 479 kali, Rabu, menjadi 321 kali, sepanjang Kamis. Namun, guguran material semakin meningkat, bahkan pernah mencapai jarak terjauh 3,5 kilometer.
Turunnya frekuensi gempa multifase itu justru mengkhawatirkan karena bisa mengindikasikan adanya penyumbatan gas. Dampaknya, erupsi Merapi tahun ini bisa jadi lebih besar dari tahun 2006. ”Kalau kubah lava segera terbentuk, pola erupsi akan seperti biasanya. Tapi, kalau tidak juga terbentuk, bisa jadi erupsi tahun ini lebih besar dan mendadak dari biasanya atau tipe erupsi vulkanian,” katanya.
Dengan kondisi ini, seluruh masyarakat dan aparat pemerintah di empat kabupaten, yaitu Klaten, Boyolali, Magelang, dan Sleman, agar meningkatkan kesiapsiagaan.
BPPTK Yogyakarta mengimbau warga di lereng Merapi tidak beraktivitas di radius 8 kilometer dari badan sungai, lebih jauh dibandingkan radius saat status waspada, yaitu 7 kilometer dari badan sungai.
Pihaknya belum dapat memprediksi arah letusan Merapi. Jika bersifat eksplosif, menyembur ke atas, maka dampak letusan akan dirasakan merata di empat kabupaten yang mengelilinginya. Namun, jika lebih mengarah ke samping, maka letusan berpeluang tinggi mengarah ke Sleman karena deformasi kubah lava juga mengarah ke sana.
Bupati Magelang Singgih Sanyoto mengatakan, Pemerintah Kabupaten Magelang akan segera memperbaiki jalur-jalur evakuasi yang rusak dengan menutup lubang jalan dengan batu dan tanah. (EGI/IRE/RWN)***
Source : Kompas, Sabtu, 23 Oktober 2010 | 02:56 WIB
Ada 3 Komentar Untuk Artikel Ini. Kirim Komentar Anda
- andreas budijanto
Sabtu, 23 Oktober 2010 | 12:25 WIB
Awas !! berita terakhir: ratusan monyet sudah mulai turun gunung ... mereka lebih peka terhadap tanda2 alam daripada alat2 buatan manusia. Apakah ini pertanda letusan gunung Merapi akan eksplosif ?
- Gregorious Aris Buntarman
Sabtu, 23 Oktober 2010 | 09:10 WIB
Material yang dimuntahkan Gunung Merapi juga punya nilai ekonomi bagi masyarakat Yogyakarta. Masalahnya sekarang, bagaimana mengelolanya dengan baik dan efisien? Semua jalan di Yogyakarta kondisinya sangat bagus dibanding dengan jalan-jalan yang ada di luar Yogya. Itu bisa diadakan karena selain tersedianya dana dan juga material ( pasir, batu ) yang kualitasnya sangat baik.
- Kirjito Vincentius
Sabtu, 23 Oktober 2010 | 07:00 WIB
Kok hanya ditutup batu dan tanah ta Pak Singgih? Musim penghujan begini apa tidak diperhitungkan? Masak ta tidak punya aspal hotmic yang mudah mengerjakannya. Dan jalan sebaiknya mudah untuk papasan dua mobil sayur maupun mobil untuk evakuasi ya biasanya truk glodhag2 itu.
0 komentar:
Posting Komentar