BANJIR KELURAHAN LANGGAM
Suasana banjir di Kelurahan Langgam, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau, Selasa (5/1). Luapan Sungai Kampar membuat 17.000 warga kecamatan menjadi terisolasi. Kini, satu-satunya alat transportasi adalah perahu. Sayangnya, tarif angkutan perahu sangat mahal. (Kompas/Syahnan Rangkuti)***
BANJIR
Warga Keluhkan Ongkos Transportasi
PELALAWAN, Lingkungan Global - Ribuan warga Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau, mengeluhkan ongkos transportasi darat. Akibat banjir yang memutuskan jalur transportasi darat, biaya transportasi air meningkat tajam, bahkan dirasa mencekik leher.
Untuk satu kali jalan dari Desa Rantau Baru menuju Kelurahan Langgam (perjalanan sekitar 15 kilometer), ongkos sampan bermesin tempel yang disebut pompong Rp 40.000 per orang, sedangkan pengangkutan sepeda motor Rp 120.000 per unit. Biasanya penyewaan pompong Rp 80.000 untuk sehari penuh, sedangkan sepeda motor jarang digunakan warga.
”Kalau setiap hari begini, habislah seluruh gajiku untuk ongkos pulang ke desa,” ujar Dedi Manullang, pekerja di salah satu perkebunan sawit di Kelurahan Langgam, Selasa (5/1).
Sebagaimana diberitakan, lima wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Riau terkena musibah banjir. Berdasarkan data Dinas Sosial Riau, banjir merendam 15.000 rumah di Kabupaten Indragiri Hulu, Pelalawan, Kampar, Rokan Hulu, dan Pekanbaru.
Kesulitan transportasi juga berdampak pada harga kebutuhan bahan pokok. Menurut Rahmawati (34), warga Langgam, harga beras yang biasanya Rp 7.000-Rp 8.000 sudah mencapai Rp 9.000-Rp 10.000 per kilogram. Harga minyak tanah dari Rp 7.000 menjadi Rp 10.000 per liter dan harga gula dari Rp 9.000-Rp 10.000 menjadi Rp 15.000 per kilogram.
Sodikin, salah seorang pekerja kebun lain yang merupakan pendatang di Langgam, menyebutkan, kelakuan pemuda setempat menerapkan tarif mahal transportasi air menuju Kecamatan Langgam dirasakan sangat keterlaluan.
”Tindakan itu bahkan boleh dikatakan mencari kesempatan dalam kesempitan. Orang lagi susah karena kebanjiran, pemuda desa malah membuat warga lebih susah lagi. Semestinya Pemerintah Kabupaten Pelalawan menyediakan transportasi gratis buat warganya, bukan malah membiarkan warganya menjadi semakin sulit seperti ini,” kata Sodikin.
Terputus
Camat Langgam Emir Effendi yang dijumpai di lokasi banjir menyebutkan, satu-satunya jalan darat menuju wilayahnya terputus akibat luapan Sungai Kampar. Di kecamatannya, sedikitnya ada 400 rumah yang terendam.
”Banjir terparah berada di Kelurahan Langgam. Sebanyak 337 rumah terendam karena wilayahnya persis di pinggiran Sungai Kampar. Desa Tambak dan Desa Pangkalan Gondai juga mengalami banjir, tetapi lebih dangkal (dibandingkan dengan Langgam) karena lokasinya berada di jalur anak sungai. Namun, yang pasti, semua jalur transportasi darat sudah terputus total. Kami tidak membuat posko pengungsi karena warga memilih untuk pindah sementara ke rumah keluarga,” ujar Emir.
I Gede Sumarda, Manajer Perusahaan Kelapa Sawit PT Langgam Inti Hiberindo, menyebutkan, banjir kali ini menyebabkan semua kegiatan di kebunnya seluas hampir 10.000 hektar terhenti total. ”Sebanyak 200 pekerja terpaksa diungsikan ke gudang pupuk perusahaan karena perumahan mereka terendam air setinggi 266 cm,” ujarnya.
”Banjir sudah mulai terasa sejak awal Desember 2009. Sejak 23 Desember, lokasi perkebunan kami sudah terendam dengan ketinggian lebih dari 2,5 meter. Banjir tahun ini lebih parah dibandingkan dengan tahun lalu. Pada 2008, ketinggian air hanya 2,48 meter, sementara sekarang 2,66 meter,” kata Gede Sumarda. (SAH/Kompas)***
Source : Kompas, Rabu, 6 Januari 2010 | 02:33 WIB
0 komentar:
Posting Komentar