YANG HOT KLIK DI SINI

Senin, 01 Februari 2010

MANAJEMEN AIR : Bocor di Sana-sini

MANAJEMEN AIR

Bocor di Sana-sini

Karena letaknya di khatulistiwa, Indonesia mengalami musim hujan (Oktober-Maret) dan musim kemarau (April-September) akibat pergerakan Matahari di antara 23,5 derajat Lintang Selatan hingga 23,5 derajat Lintang Utara.

Selain itu, curah hujan juga dipengaruhi perbedaan pemanasan permukaan Bumi di lautan yang menimbulkan fenomena El Nino dan La Nina. Bila El Nino menyebabkan kemarau lebih panjang dan lebih kering, La Nina kebalikannya, membuat curah hujan lebih tinggi.

Kondisi tersebut menuntut kedisiplinan mengelola air. Kenyataannya, disiplin itu masih jauh dari harapan. Daerah tangkapan air Waduk Batu Tegi, Kabupaten Tanggamus, Lampung, misalnya, 80 persennya rusak parah sehingga musim kering sedikit lebih panjang sudah menurunkan volume air. Begitu juga Daerah Aliran Sungai (DAS) Sekampung di bawah Batu Tegi hingga ke Bendung Argo Guruh, menurut pengawas waduk, Agus Suprapto, sudah berubah menjadi daerah pertanian lahan kering.

Pemeliharaan waduk dan saluran primer hingga tersiernya adalah wajib. Bendungan Ir H Juanda, Jatiluhur, Jawa Barat, tidak mengalami masalah volume air. Bahkan, menurut Kepala Biro Bina Operasi dan Konservasi Perum Jasa Tirta II Sutisna Pikrasaleh, beberapa tahun terakhir Jatiluhur mampu memasok 12.000-13.000 meter kubik per hektar dari kebutuhan 8.000 meter kubik. Bila ada petani di pantai utara Jabar kesulitan air pada puncak musim kemarau, penyebabnya kerusakan saluran irigasi dan penyerobotan air di sepanjang saluran.

Kerusakan saluran yang memboroskan air juga terjadi di Kecamatan Nusawungu, Binangun, dan Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Air hujan tak tertampung karena tanggul saluran irigasi jebol dan waduk tersier tidak berfungsi normal sebab terlalu tua.

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Cilacap Gunawan menjelaskan, dari 1.294,4 kilometer saluran irigasi di sana, 797,4 km atau 61 persennya rusak. Sebagian saluran dibangun zaman kolonial dan sebagian semasa Orde Baru. Pemerintah Kabupaten Cilacap pada 2009 hanya mampu memperbaiki 13 km saluran irigasi dan tahun ini rencananya memperbaiki 10 km. Sementara di Purbalingga empat bendungan jebol karena penambangan pasir besar-besaran.

Gajah Mungkur di Wonogiri, Jawa Tengah, setiap tahun lumpurnya harus dikeruk akibat sedimentasi DAS Keduang yang muaranya berada dekat mulut waduk. Selepas waduk ini air langsung dibuang ke laut, padahal dapat dikendalikan dengan membangun satu waduk lagi sekelas Gajah Mungkur.

Air akan menjadi semakin langka dan pengelolaan agar ketersediaannya lestari sepanjang tahun hanya berhasil bila penanganannya menyeluruh, tidak sekadar buku-tutup waduk seperti saat ini. (eki/han/den/mkn/hln)***

Source : Kompas, Jumat, 29 Januari 2010 | 02:43 WIB



0 komentar:

Posting Komentar

 

TRANSLATE/TERJEMAH BAHASA

My Blog List

Site Info

Followers

LINGKUNGAN GLOBAL Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template