YANG HOT KLIK DI SINI

Senin, 01 Februari 2010

Fenomena Iklim El Nino Masih Terus Mengancam

El Nino Datang, Kemarau Tiba

Oleh Ninuk Mardiana Pambudy

Iklim Ketika musim hujan saat ini, tampak berlebihan bicara tentang kemarau yang mungkin lebih kering dari biasa. Tetapi, sesungguhnya Indonesia sedang berada di bawah pengaruh fenomena iklim El Nino yang menyebabkan musim kemarau menjadi lebih panjang dan lebih kering. Selain itu, Kantor Meteorologi Inggris memperkirakan tahun ini dapat menjadi tahun terpanas Bumi dalam sejarah meteorologi.

Fenomena iklim El Nino yang siklusnya tiap 4-7 tahun sekali merupakan rangkaian proses kompleks di kawasan khatulistiwa Samudra Pasifik dan dapat berlangsung beberapa bulan. Proses sudah berlangsung dari pertengahan 2009 dan dampaknya terasa pada musim hujan 2009/2010 yang terlambat tiba dan mungkin berakhir lebih cepat.

Di Indonesia, El Nino dapat memengaruhi produksi pangan, pasokan air untuk pembangkit listrik, rumah tangga, dan ternak, serta ketersediaan air untuk keperluan industri dan rumah tangga. Pengalaman El Nino tahun 1997/1998 mencatat rekor suhu udara Bumi terpanas, memperburuk kebakaran hutan, serta merusak terumbu karang.

Prakiraan Meteorological Office, Inggris, suhu tahun 2010 boleh jadi akan melampaui rekor 1998 (baca juga hal 48). Tahun 1998 menjadi tahun terpanas setelah tiga dekade pemanasan Bumi, dimulai dari 1970. Selama tiga dekade itu suhu global rata-rata naik 0,45 derajat celsius (http://www.metoffice.gov.uk/ climatechange/policymakers/ policy/slowdown.html).

Akibat El Nino 1997/1998, Bulog melakukan operasi pasar beras terbesar sepanjang sejarahnya, yaitu 2,5 juta ton hingga April 1998 pada tahun anggaran 1997/1998 untuk menstabilkan harga. Operasi pasar normal biasanya 800.000 ton. El Nino saat itu bukan hanya merugikan pertanian Indonesia dalam arti luas, tetapi juga pertanian di banyak negara senilai miliaran dollar AS.

Kepala Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian Gatot Irianto mengatakan, El Nino kali ini telah terjadi sejak beberapa bulan lalu dan diramalkan berlangsung hingga pertengahan musim kemarau 2010. Meskipun demikian, intensitasnya lemah-moderat dan lautan di sekitar wilayah Indonesia masih cukup hangat. Karena itu, menurut Gatot, dampak El Nino terhadap curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia relatif kecil. Yang sudah dirasakan adalah awal musim hujan 2009/2010 datang lebih lambat.

El Nino, demikian Kepala Laboratorium Klimatologi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ir Rizaldi Boer, diprakirakan berbagai lembaga meteorologi dunia berlanjut hingga Juni 2010 dengan kekuatan semakin melemah. Pada Juli 2010 iklim kembali normal. Sementara menurut peneliti iklim dari IPB, Prof Dr Ir Handoko, yang meneliti sawit di Kalimantan, sepanjang September 2009 di Kalimantan tidak ada hujan meskipun normalnya bulan itu awal musim hujan.

Pengaruh

Mengantisipasi El Nino, Gatot Irianto mengatakan, untuk musim gadu, Kementerian Pertanian menyiapkan 20 ton benih penjenis/benih dasar (BS) varietas unggul baru yang toleran kekeringan dan genjah (usia kurang dari 100 hari), yaitu varietas Inpari-1, Silugonggo, dan Dodokan. Benih BS tersebut akan disebar di sembilan provinsi. Hitungan di atas kertas perbanyakan 20 ton benih BS itu akan menghasilkan benih sebar untuk 4,02 juta hektar (ha) sawah.

Bila El Nino nantinya menyebabkan kekeringan, alternatif pertanaman padi adalah lahan pasang surut dan lebak yang ketersediaannya meningkat 40-60 persen saat El Nino. Penghematan air waduk dengan sistem buka-tutup serta revitalisasi sistem informasi iklim pertanian dan penyebarannya akan diprioritaskan.

Sementara itu, Ketua Umum Kontak Tani dan Nelayan Andalan Nasional dan Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Winarno Tohir mengaku tidak mendengar informasi tentang El Nino. Yang terjadi, 12.000 ha sawah di Indramayu terendam banjir, 6.000 ha di antaranya puso.

Petani padi dan mangga dari Indramayu ini mengalami musim hujan terlambat datang. Dia mengaku merasakan pengaruh perubahan iklim. Keterlambatan musim hujan menurunkan keberhasilan penyerbukan, terutama padi yang tanam awal di areal irigasi. Pengaruhnya pada pembentukan bulir padi hingga produksi. Suhu udara dan kelembaban yang meningkat menaikkan aktivitas hama seperti wereng dan tikus serta penyakit.

Terlambatnya musim hujan menyebabkan sebagian besar petani padi baru tanam Januari ini. ”Panen raya mundur jadi akhir Maret dan awal April. Lalu segera tanam lagi untuk mengejar air musim gadu,” kata Winarno. Waktu kosong lahan (bera) yang pendek berisiko tidak putusnya siklus hama dan penyakit.

Produksi beras harus dijaga karena masih menjadi penentu inflasi ekonomi. Menteri Pertanian Suswono mengatakan, kenaikan harga beras saat ini karena pengaruh kenaikan harga pokok pembelian pemerintah yang awal Januari 2010 naik 10 persen. Stok beras Bulog pada awal Januari 1,7 juta ton dan siap untuk operasi pasar.

Namun, Winarno yang organisasinya beranggotakan 387.000 kelompok tani se-Indonesia mengatakan, panen raya yang terlambat serta pengeringan dengan mesin untuk padi panen awal di Kerawang, Kudus, Ngawi, Nganjuk, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Selatan ikut menaikkan harga jual dari petani. Kalaupun pemerintah menghitung ada surplus tiga juta ton di masyarakat, tidak serta-merta dapat diperdagangkan karena petani tetap akan menyimpan sebagian berasnya.

Di luar itu, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) memprediksi produksi beras dunia 2009/2010 akan menurun 1,9 persen menjadi 450,8 juta ton dan turunnya stok beras dunia yang dapat diperdagangkan. ***

Source : Kompas, Jumat, 29 Januari 2010 | 03:17 WIB

0 komentar:

Posting Komentar

 

TRANSLATE/TERJEMAH BAHASA

My Blog List

Site Info

Followers

LINGKUNGAN GLOBAL Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template