Salah Penanganan, Banjir Meluas
15.000 Rumah dan 10 Kecamatan Terendam
KARAWANG, Lingkungan Global - Banjir Sungai Citarum semakin meluas pada Rabu (24/3), merendam 10 kecamatan dengan 15.510 rumah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sehari sebelumnya, sembilan kecamatan dengan 9.561 rumah terendam air setinggi rata-rata tiga meter.
Dampak banjir yang meluas di 10 kecamatan tersebut memicu tanggapan Bupati Karawang Dadang S Muchtar yang menyayangkan upaya pengendalian banjir yang dinilai terlambat itu.
Menurut Dadang, Perusahaan Umum Jasa Tirta (PJT) II selaku pengelola Waduk Ir Juanda Jatiluhur seharusnya sejak awal mengoptimalkan pelepasan/penggelontoran air waduk untuk mencegah banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum di Karawang dan di Bekasi.
Dadang berharap instansi terkait segera menempuh langkah antisipasi untuk mencegah meluasnya banjir.
PJT II, kemarin, mengoptimalkan penggelontoran air Bendung Curug dan Bendung Walahar ke tiga saluran induk, yakni Tarum Barat, Tarum Utara, dan Tarum Timur, untuk mengurangi debit air yang mengalir ke hilir Sungai Citarum.
Langkah itu dilakukan untuk mengurangi luas genangan air di sepanjang aliran sungai yang meliputi 10 kecamatan. Kesepuluh kecamatan tersebut adalah Karawang Barat (dengan 7.389 rumah terendam), Karawang Timur (412 rumah), Teluk Jambe Timur (3.576 rumah), Teluk Jambe Barat (494 rumah), Ciampel (81 rumah), Batujaya (250 rumah), Pakisjaya (1.533 rumah), Rengasdengklok (486 rumah), dan Klari (97 rumah). Kecamatan terakhir yang ikut terendam banjir, sejak Rabu dini hari, adalah Kecamatan Jayakerta (1.192 rumah).
Adapun luas sawah terendam banjir di Karawang, per Selasa, mencapai 817 hektar dan tersebar di tujuh kecamatan, yakni Teluk Jambe Timur (180 ha), Karawang Barat (9 ha), Klari (5 ha), Ciampel (67 ha), Teluk Jambe Barat (130 ha), Batujaya (32 ha), dan Pakisjaya (342 ha). Usia padi 1-10 hari (persemaian) dan sekitar 50 ha usia 11-100 hari.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Karawang Nahrowi Muhamad Nur, luas sawah yang terendam pada Rabu siang bertambah menjadi 842 ha seiring meluasnya genangan. Penambahan terjadi di tujuh kecamatan tersebut.
Pelepasan air
Kepala Biro Operasi dan Konservasi PJT II Sutisna Pikrasaleh menjelaskan, debit yang dialirkan ke tiga saluran dioptimalkan hingga kapasitas maksimal, yakni 27 meter kubik per detik ke Tarum Barat, 52,5 meter kubik per detik ke Tarum Timur, dan 80 meter kubik per detik ke Tarum Utara. Pemecahan air menuju Tarum Barat dan Tarum Timur dilakukan di Bendung Curug. Adapun untuk Tarum Utara dilakukan di Bendung Walahar.
Dilaporkan pula, pelepasan air bendung berangsur-angsur membuat tinggi muka air (TMA) bendungan utama Waduk Jatiluhur menurun. TMA pada Rabu siang 108,27 meter di atas permukaan laut (dpl), menurun dibandingkan dengan pada Minggu malam yang mencapai 108,41 meter dpl atau Selasa pagi yang setinggi 108,39 meter dpl.
Meluas
Meski pelepasan air tiga bendung di Waduk Jatiluhur ke tiga saluran induk telah dioptimalkan, debit air yang mengalir ke hilir Citarum tetap tinggi.
Debit air yang keluar dari Bendung Walahar, Rabu pagi, mencapai 1.600 meter kubik per detik dan merupakan yang tertinggi dalam sebulan ini. Hujan di hulu dan sejumlah anak sungai membuat debit tetap tinggi.
Naiknya muka air Citarum memperluas genangan banjir di Karawang. Persawahan di kanan dan kiri sungai yang sebelumnya kering, seperti Desa Curug, Kecamatan Klari; Desa Mulyasejati, Mulyasari, dan Kutapohaci, Kecamatan Ciampel, mulai tergenang air pada Rabu pagi. Petani pun mempercepat panen untuk menyelamatkan padi.
Sejumlah jalan antarkecamatan dan antardesa/kelurahan yang sebelumnya kering, seperti Jalan Raya Ranggagede, Jalan Raya Tanjung Mekar, dan Rawagempol (Kecamatan Karawang Barat), Jalan Kertabumi, serta jalanan di beberapa kawasan perumahan, seperti Perum Karaba Indah, Galuh Mas, Sukaharja, Bintang Alam (Kecamatan Teluk Jambe Timur) juga mulai tergenang.
Banjir juga memicu kemacetan, terutama di akses menuju dan dari Pintu Tol Karawang Barat.
Dalam dua hari terakhir, kemacetan sepanjang 2-3 kilometer sering terjadi di titik tersebut.
Kerusakan produksi
Hari Rabu, Wakil Presiden Boediono memerintahkan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengoordinasikan penanganan pengungsi akibat luapan Sungai Citarum di Kabupaten Karawang. Adapun Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa diperintahkan Wapres untuk memantau kerusakan yang terjadi di sektor produksi di kawasan itu.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengemukakan hal itu seusai rapat di Istana Wapres, Jakarta, Rabu.
Terkait dengan kerusakan ekonomi di kawasan sentra produksi padi yang terendam banjir itu, Menko Perekonomian menjanjikan untuk sungguh-sungguh memberi perhatian. ”Meskipun sekarang musim panen raya sudah berjalan, tetapi ini harus segera diantisipasi agar ketika musim tanam tiba mereka sudah siap tanam,” ujar Hatta Rajasa.
Sekitar Baleendah
Kawasan industri tekstil di Kabupaten Bandung terpaksa berhenti beroperasi karena ratusan mesin produksi tekstil terendam lumpur. Hujan deras di Kecamatan Baleendah dan Dayeuhkolot sejak Sabtu akhir pekan lalu mengakibatkan dua daerah itu kembali terendam air. Hingga Rabu, banjir memutus jalur Mohammad Toha-Dayeuhkolot sepanjang hampir dua kilometer. Padahal, jalur itu merupakan jalur bagi industri tekstil di Kabupaten Bandung.
Arus lalu lintas ke sentra tekstil terpaksa dialihkan melalui jalur Buahbatu-Bojongsoang. Akibatnya, konsentrasi kendaraan menumpuk di jalur itu dan kemacetan terjadi hampir lima kilometer dari Pintu Tol Buahbatu. Jalur Buahbatu-Bojongsoang pun tergenang air sampai 20 sentimeter sehingga arus kendaraan melambat.
Sementara itu, sekitar 3.000 warga di Kecamatan Baleendah diungsikan ke enam titik.
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Daerah Jawa Barat Ade Sudrajat mengatakan, proses distribusi produk terkendala karena jalan terendam air. (mkn/rek/gre/bay/day)***
Source : Kompas, Kamis, 25 Maret 2010 | 03:02 WIB
0 komentar:
Posting Komentar