YANG HOT KLIK DI SINI

Kamis, 25 Maret 2010

Akibat Tanah Ambles, Delapan Rumah Ambruk, 17 Unit Rusak Berat

Melihat Tanah Ambles

Penduduk melihat lokasi tanah ambles di Kampung Legokhayam, Desa Girimekar, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (24/3). Dua puluh lima rumah rusak akibat tanah ambles itu. Peristiwa tersebut tidak menimbulkan korban jiwa karena warga langsung dievakuasi setelah terjadi keretakan pada hari Minggu lalu. (Kompas/Arum Tresnaningtyas)***

Tanah Ambles karena Kelebihan Beban

Delapan Rumah Ambruk, 17 Unit Rusak Berat

BANDUNG, Lingkungan Global - Kelebihan beban permukiman warga menjadi penyebab musibah tanah ambles di RT 02 dan 03 RW 09 Kampung Legokhayam, Desa Girimekar, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. Permukiman itu memperberat beban tanah yang sejak awal sudah mudah bergerak.

"Kawasan itu termasuk zona gerakan tanah menengah karena terdiri dari lapisan yang mampu menyerap banyak air dan lapisan yang kedap air. Daerah seperti ini tidak cocok dibebani dengan rumah padat, terbuat dari tembok dan keramik," kata Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Rabu (24/3) di Bandung.

Surono tidak mengatakan daerah itu tidak layak huni. Sebenarnya daerah itu bisa ditempati asalkan bangunannya tidak bervolume berat. Ia menyarankan, bila warga tetap tinggal di situ, sebaiknya rumah mereka terbuat dari kayu dan berwujud rumah panggung.

Berdasarkan pengamatan, rekahan dan tanah ambles terparah terdapat di sekitar rumah yang terbuat dari tembok. Beberapa rumah panggung yang ada justru jauh dari rekahan yang membentuk huruf U dan diperkirakan memanjang sekitar 400 meter.

Ia menambahkan, selama curah hujan masih tinggi, tanah bakal terus bergerak. Air hujan yang tertampung dalam rekahan justru berperan sebagai pelumas untuk pergerakan tanah.

"Tanah akan berhenti bergerak pada musim kemarau karena kandungan air berkurang. Namun, saya tidak menjamin tanah tetap berhenti saat memasuki musim hujan berikutnya. Terlebih lagi, jika warga membangun kembali rumah mereka seperti semula, bahkan menambah bangunan lain," ujarnya.

Bisa diantisipasi

Kejadian tanah ambles ini merupakan gerakan tanah bertipe rayapan (creeping). Tidak seperti tanah longsor yang terjadi seketika, warga bisa mengamati pergerakan tanah sehingga bisa menyelamatkan diri dan harta bendanya.

"Sejak hari Minggu lalu kami sudah melihat ada retakan di jalan desa. Sejak saat itu kami mewaspadai bencana longsor. Pada Selasa pagi jalan yang retak itu mulai ambles sedalam sekitar 40 sentimeter. Saya langsung mengungsikan keluarga ke rumah mertua," kata Kosasih (48), warga yang rumahnya ambruk.

Selain rumah milik Kosasih, tujuh rumah lain di daerah bertanah gembur itu juga ambruk. Rumah tersebut milik Ala Sunarya, Robandi, Dase, Acih, Rasidi, Oma, dan Iman. Sementara 17 rumah lain rusak cukup parah, seperti tembok retak dan lantai merekah. Ketua RT 02 Kerto Raharjo menaksir kerugian akibat kejadian itu mencapai Rp 871,5 juta.

Menurut Kosasih, tanah tiba-tiba ambles pada Selasa malam sekitar pukul 22.00 setelah hujan yang mengguyur sejak petang mereda. Tanah ambles dengan kedalaman sekitar 3 meter. Kejadian itu juga memutus jalan desa yang menghubungkan Desa Girimekar dengan Desa Sindanglaya.

Selain mengungsikan warga ke rumah kerabat masing-masing, pemerintah desa juga membuka posko di halaman Masjid Al Manan. Hingga Rabu sore dapur umum belum beroperasi karena bahan pangan belum mencukupi.

"Bantuan logistik berupa bahan makanan dari Pemerintah Kabupaten Bandung belum kunjung tiba. Selama ini bantuan logistik diperoleh dari warga yang peduli, sedangkan Pemkab Bandung baru menyumbang tenda untuk pengungsi," kata Kepala Desa Girimekar Aji Sodikin. (HEI)***

Source : Kompas, Kamis, 25 Maret 2010 | 15:24 WIB

0 komentar:

Posting Komentar

 

TRANSLATE/TERJEMAH BAHASA

My Blog List

Site Info

Followers

LINGKUNGAN GLOBAL Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template