PERDAGANGAN KARBON
10 Dollar AS Dapat Selamatkan Hutan(?)
Harga karbon sekitar 10 dollar AS per ton diduga dapat memberikan insentif cukup untuk menahan emisi gas rumah kaca dari perubahan fungsi lahan di Indonesia dan Brasil.
Demikian termuat dalam laporan International Union for Conservation of Nature yang dikeluarkan Selasa (15/12) di Kopenhagen, Denmark.
Perusakan hutan, antara lain dari pembalakan atau perubahan fungsi dari hutan menjadi perkebunan kelapa sawit dan peternakan, menyebabkan hilangnya hutan yang berfungsi menyerap gas CO—salah satu gas rumah kaca (GRK) utama.
Skema pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (reducing emission from deforestation and forest degradation/REDD) bertujuan ”memberi harga” pada karbon yang bisa diserap hutan dan yang bisa ditahan jika tidak terjadi penebangan hutan.
Dalam laporan itu disebutkan, REDD adalah cara efektif secara pendanaan untuk menahan emisi GRK. Para investor mempertimbangkan harga karbon antara 2 dollar AS dan 10 dollar AS per ton. Harga itu, antara lain, mempertimbangkan besar kompensasi bagi pemilik lahan dan pemerintah karena tidak menebang hutan, jenis hutan, nilai fungsi lain lahan, dan estimasi densitas karbon.
Akhir pekan lalu, metodologi untuk REDD plus yang digagas Indonesia telah mendapat persetujuan dari Badan Pembantu untuk Advis Teknologi dan Sains Pertemuan Para Pihak Ke-15 Konferensi Perubahan Iklim PBB.
Dalam laporan yang dibiayai perusahaan multinasional Rio Tinto yang bergerak di bidang pertambangan itu disebutkan, biaya ”menjaga hutan” didapatkan dari sebagian pembayaran karbon tersebut.
Di Indonesia, dituliskan, sekitar 85 persen emisi GRK adalah dari deforestasi dan kebakaran hutan. Adapun 75 persen emisi GRK Brasil berasal dari deforestasi di Amazon dan itu meliputi 8-14 persen emisi global dari penggunaan lahan dan perubahan fungsi lahan.
Laporan itu memberi fokus terhadap biaya riil bagi investor yang ingin berinvestasi pada proyek pengurangan emisi karbon melalui REDD. Harga berkisar 49 sen per ton untuk CO dari peternakan kecil hingga 19,6 dollar AS untuk perkebunan kelapa sawit yang dikonversi.
Nah, jelas sudah bahwa perdagangan karbon adalah muara dari segala urusan pengurangan emisi. Dan, di sana perusahaan-perusahaan multinasional bebas mengeluarkan emisi sembari merusak lingkungan. Dalam urusan ini tak jelas sosok masyarakat adat yang mewarisi lahan itu dari nenek moyangnya. (REUTERS/ISW)***
Source : Kompas, Rabu, 16 Desember 2009 | 05:37 WIB
0 komentar:
Posting Komentar