SURVEI KELAUTAN
Perlu Laboratorium Kelautan di Setiap Provinsi
JAKARTA - Sebagai negara kelautan terbesar di dunia, Indonesia hingga kini kurang mengeksplorasi kawasan lautnya. Di bawah permukaan laut begitu banyak potensi dan fenomena yang perlu diketahui lebih dalam dengan pemetaan.
Karena itu, di setiap daerah, minimal di tingkat provinsi, perlu dibangun laboratorium kelautan, untuk mendukung kegiatan survei dan riset kelautan setempat.
Ini dikatakan Kepala Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) Rudolf W Matindas di Cibinong, Senin (28/12), terkait penyusunan buku Survei dan Pemetaan Nusantara. Buku itu ditulis dalam rangka 40 tahun berdirinya Bakosurtanal.
Menurut dia, saat ini hanya ada tiga laboratorium kelautan, yaitu di Parangtritis (Yogyakarta), Perancak (Bali), dan Ambon (Maluku). Wilayah perairan Indonesia meliputi 70 persen luas wilayah total.
Menurut Matindas, mestinya setiap daerah mendirikan laboratorium kelautan yang didukung pemerintah daerah dan perguruan tinggi setempat agar sumber daya manusianya dapat ditingkatkan untuk melakukan kegiatan penelitian.
Seperti Laboratorium Geospasial Parangtritis—yang dibangun Bakosurtanal, Pemerintah Kabupaten Bantul, Pemerintah Provinsi Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada. Laboratorium itu melakukan penelitian, antara lain, fenomena gumuk pasir, kehidupan biota pesisir, pengembangan obyek wisata, dan pembuatan peta kawasan itu.
Dari laboratorim kelautan, diharapkan dapat dilakukan penelitian mengeksplorasi kondisi bawah laut. ”Indonesia belum punya peta gunung dan pegunungan di bawah laut,” ujarnya. Pemetaan itu bermanfaat untuk mencari batas landas kontinen yang baru. Survei kelautan juga perlu untuk langkah antisipasi kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim serta memantau potensi tsunami. (YUN)***
Source : Kompas, Rabu, 30 Desember 2009 | 03:33 WIB
0 komentar:
Posting Komentar